a Kesetaraan gender dari sudut pandang Agama Islam. Sejak 15 abad yang lalu Islam telah menghapuskan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin. Islam memberikan posisi yang tinggi kepada perempuan. Prinsip kesetaraan dan keadilan gender dalam Islam tertuang dalam Kitab Suci Al-Quran. Dalam ajaran Islam tidak dikenal adanya isu gender yang
Ayat-Ayat tentang Kesetaraan Gender dalam al-Qur'an dan PenjelasannyaAyat-Ayat tentang Kesetaraan GenderAyat Alquran tentang kesetaraan gender perlu diketahui oleh setiap umat muslim sebagai salah satu panduan dalam menentukan langkah untuk mendukung adanya prinsip rahmatan lil 'alamin yang bisa dipraktikan dalam isu kesetaraan Alquran tentang Kesetaraan Gender dan PenjelasannyaNah, bagi Anda yang menaruh minat pada pembahasan satu ini, simak penjelasan selengkapnya mengenai ayat Alquran kesetaraan gender lewat artikel Ayat Alquran tentang Kesetaraan Gender dan PenjelasannyaIslam mengatur urusan manusia mulai dari konsep keimanan dan ketaqwaan, kebersihan, finansial hingga mengenai bagaimana seharusnya manusia bersikap antar dalam ajaran Islam, terdapat penjelasan mengenai habluminallah dan habluminannas. Adapun Hablumminallah memiliki makna aturan mengenai hubungan manusia dengan Tuhannya Allah SWT. Sementara Hablumminannas adalah hubungan manusia dengan sesama manusia, baik sesama umat Islam ataupun dengan umat yang berbeda jaman serba modern seperti saat ini, semakin banyak umat Islam yang memiliki pemikiran kritis akan permasalahan kesetaraan gender. Berikut ayat Alquran tentang kesetaraan gender antara lain QS. Al Hujurat ayat 13Kesetaraan gender ialah bentuk perlakukan kepada manusia tanpa melihat jenis kelaminnya. Seperti yang banyak diketahui, bahwa di dunia ini masih banyak ketimpangan gender yang dapat merugikan gender surat Al Hujurat ayat 13 dikatakan, "Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui lagi Mahamengenal."Hal ini menegaskan bahwa penciptaan manusia menjadi beragam ras dan suku serta jenis kelamin yang berbeda tak lain, agar antar sesama manusia dapat saling mengenal tanpa menganggap diri sendiri lebih unggul dari yang ada ras, suku, jenis kelamin yang bisa dibanggakan untuk merendahkan sesama manusia karena sesungguhnya Allah SWT hanya melihat tingkat ketaqwaan umatNya tanpa mempermasalahkan apakah dia perempuan atau laki-laki atau suku dan Az-Dzariyat ayat 56Firman Allah SWT berikutnya mengenai kesetaraan gender juga terdapat dalam Qs. Az-Dzariyat56 yang berarti, "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."Sudah ditegaskan dalam ayat tersebut bahwa Allah SWT menciptakan jin dan manusia tiada lain selain untuk beribadah. Hal ini menunjukkan bahwa setiap makhluk ciptaan Allah SWT memiliki tugas yang sama, yang membedakannya terletak pada tingkat ketaqwaan masing-masing dalam hal beribadah kepada Allah SWT. Tidak membeda-bedakan ras, suku dan jenis kelamin pun termasuk menjadi bagian dalam beribadah kepada Allah Al-An'am ayat 165Setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Hal ini pun tercantum dalam Qs. Al-An'am 165 yang memiliki arti,"Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat derajat sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas karunia yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang." Qs. Al-An'am 165.Dalam perspektif Mubadalah, setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, artinya setiap perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki untuk menyuarakan aspirasinya, mewujudkan impiannya tanpa harus takut akan pendapat orang lain yang mungkin masih berprinsip patriarki dalam surat ini dijelaskan bahwa Allah SWT akan menjadikan sebagian dari sebagian yang lainnya lebih kaya, berkuasa dan sebagainya hanya untuk menguji apakah mereka bersyukur atau kufur terhadap apa yang diberikan maka adzab Allah SWT akan segera datang dan Ia Maha Pembolak-balik Keadaan, namun sekaligus Maha Pengampun bagi hamba-Nya yang bertaubat. Artinya harta, tahta, dan karunia pada praktiknya adalah ujian apakah manusia sebagai khalifah mempu mewujudkan Islam yang Rahmatan Lil'Alamin atau justru Ali Imran ayat 195Ayat Alquran tentang kesetaraan gender yang ke-5 seperti terdapat dalam QS. Ali Imran ayat 195, yang berarti, "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, karena sebagian kamu adalah keturunan dari sebagian yang orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai pahala dari Allah. Dan di sisi Allah ada pahala yang baik." Qs. Ali-Imran 195.Dari ayat di atas tergambar jelas bahwa Allah SWT memberi pahala pada setiap umat-Nya bernilai sama, tidak akan ditambah meskipun dia laki-laki dan tidak akan dikurangi karena dia pemaparan dalam ayat Alquran tentang kesetaraan gender di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa Allah SWT tidak pernah membedakan hambaNya berdasarkan jenis kelamin. Sayangnya penafsiran dengan pemahaman yang patriarki mengenai Alquran serta kebudayaan yang berkembang justru masih kerap menyudutkan dan merugikan pihak itu dia ulasan tentang Ayat Alquran tentang Kesetaraan Gender dan Penjelasannya dalam Perspektif Mubadalah. Acara Ibuku Content Creator bersama Mubadalah dapat dilihat lainnya di artikel Norma dan Realita antara Monogami dan Poligami di semoga artikel yang bekerja sama dengan dalam event ODOP ICC ini
a Perjanjian Lama adalah Bagian dari Rencana Allah. Cara Allah menyatakan Diri-Nya kepada manusia adalah dengan memberikan Penyataan Umum dan Penyataan Khusus, yaitu melalui alam, sejarah, hati nurani manusia dan juga melalui Firman dan Anak-Nya, Yesus Kristus. Di dalam Penyataan-penyataan inilah Allah menyatakan Diri-Nya dan rencana-Nya
Sumber / 7 March 2021 Puji Astuti Official Writer Inilah 8 ayat Alkitab yang menentang LGBT lesbian, gay, bisexual, transgender. Kamu pasti tahu bahwa saat ini para pendukung dan mereka yang terlibat secara aktif di LGBT mulai terang-terangan mengumbar diri mereka di media, baik melalui TV atau Online. Alkitab jelas mencatat bahwa Tuhan menciptakan manusia adalah laki-laki dan perempuan. Itu adalah blue print alias cetak biru dari Tuhan mengenai kelangsungan hidup manusia di bumi. Perintah Tuhan jelas bahwa kita harus beranak cucu dan memenuhi bumi serta menaklukannya. Namun manusia menipu dirinya sendiri dan menjadi menyimpang dari rencana Tuhan. Jika kamu masih ragu apakah ada ayat Alkitab yang menyatakan menentang LGBT, ini adalah 8 ayat Alkitab yang Tuhan sudah berikan untuk menentang praktek lesbian, gay, biseksual dan transgender. 1 Kejadian 127-28 127 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 128 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Disana dikatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah yaitu laki-laki dan perempuan. Tuhan memberi perintah yang jelas bahwa kita haris beranakcucu dan bertambah banyak. Apakah laki-laki dengan laki-laki bisa menghasilkan keturunan? Tentu saja tidak. Baca juga Apakah Seorang LGBT Bisa Disebut Sebagai Orang Kristen Dan Masuk Ke Dalam Kerajaan Sorga? 2 Kejadian 218-25 218 TUHAN Allah berfirman "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." 219 Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. 220 Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. 221 Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. 222 Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. 223 Lalu berkatalah manusia itu "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku . Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." 224 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. 225 Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu. Penolong yang sepadan. Tuhan memberikan kepada Adam penolong yang sepadan yaitu Hawa, bukan Bambang atau Rudi. 3 Kejadian 194-5 194 Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang lelaki dari kota Sodom itu, dari yang muda sampai yang tua, bahkan seluruh kota, tidak ada yang terkecuali, datang mengepung rumah itu. 195 Mereka berseru kepada Lot "Di manakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar kepada kami, supaya kami pakai mereka. Konteks dalam ayat ini adalah bahwa masyarakat kota Sodom mereka menganut paham gay atau seks dengan sesama jenis. Hal itu terbukti saat malaikat yang datang di kota Sodom mereka hendak melakukan hubungan seks sesama jenis dengan para malaikat. Karena itulah Tuhan memusnahkan kota Sodom dan Gomora. Baca juga Haruskah Saya Menghadiri Pernikahan Gay Sahabat atau Keluarga Saya? 4 Imamat 1822 mencatat "Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian." Tuhan sudah jelas melarang persetubuhan laki-laki dengan laki-laki, demikian juga sebaliknya. 5 Markus 106-8 106 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, 107 sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, 108 sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Yesus sendiri mengatakan bahwa sejak awal dunia Allah menciptakan laki-laki dan perempuan. 6 Imamat 2013 Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri. Perjanjian lama mengatakan bahwa hukuman untuk pelaku LGBT adalah hukuman mati. Baca juga LGBT Semakin Marak, Apa Penyebabnya? 7 Roma 125-27 125 Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin. 126 Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. 127 Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki , dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka Melakukan LGBT sama dengan melupakan pencipta kita dan bahkan karena itu Tuhan menyerahkan manusia kepada hawa nafsu dan semakin sesat. 8 Ibrani 134 Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah. Tuhan mau kita menguduskan perkawinan dengan tidak melakukan kecemaran seperti yang dilakukan oleh kaum LGBT. BACA JUGA Apa Kata Alkitab Tentang Transgender? Apakah artikel ini memberkati? Jangan berhenti di kamu! Kamu bisa menjadi berkati bagi orang lain dengan membagikan artikel ini. Selain itu, kamu juga bisa bergabung bersama kami untuk memberitakan injil melalui dengan berdonasi. Berapapun donasi yang kamu berikan akan mendukung untuk terus memproduksi artikel dan video baru setiap harinya. Kabar baiknya, bagi kamu yang berdonasi sebesar setiap bulan, akan mendapatkan bonus berupa kaos atau mug selama persediaan masih ada. Jika kamu tergerak melakukan donasi, bisa mendaftarkan dirimu dengan klik DI SINI. Sumber Halaman 1 5Kesenjangan-kesenjangan yang menjadi problematika dalam memahami Alkitab merupakan aspek-aspek yang harus dipelajari. Tujuannya agar makna sesungguhnya dari Alkitab bisa diambil. Dalam Alkitab memang terdapat pesan-pesan yang mudah difahami, tetapi tidak sedikit yang sejatinya sulit untuk difahami. Tetapi bukan berarti Alkitab hanya untuk orang tertentu saja.
Gender equality is still an interesting issue to be discussed today. Most people, especially those living in various regions in Indonesia, still misinterpret this. Gender equality is seen as an act that puts women first. In Christian circles, this thought is caused by Christian leaders in the past who gave teachings about gender who had unfair treatment between men and women. To provide a solution to these problems, the author uses qualitative research with the literature study method. The author finds that, gender is a characteristic that can be exchanged between each other and can be shared by both. Allah distinguishes the sexes but does not differentiate between the roles of the two. Thus, PAK plays a vital role in building gender understanding in the family and community, especially in the field of education, and in the field of education. AbstrakKesetaraan gender masih menjadi isu menarik untuk diperbincangkan hingga saat ini. Sebagian besar masyarakat khususnya yang tinggal di berbagai wilayah di Indonesia, masih salah mengartikan hal tersebut. Kesetaraan gender seolah-olah dianggap sebagai tindakan menomorsatukan perempuan. Dalam lingkungan Kristen, pemikiran ini disebabkan karena adanya para tokoh Kristen di masa lalu yang memberikan ajaran tentang gender yang membuahkan perlakuan tidak adil antara laki-laki dengan perempuan. Untuk memberi solusi permasalahan tersebut, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan metode studi pustaka. Penulis menemukan bahwa, gender adalah sebuah karakteristik yang dapat saling dipertukarkan antara satu sama lain dan dapat dimiliki oleh keduanya. Allah membedakan jenis kelamin manusia tetapi tidak membedakan peran antara keduanya. Dengan demikian, PAK berperan penting untuk membangun pemahaman kesetaraan gender di dalam lingkungan keluarga, masyarakat khususnya di bidang pendidikan, dan di gereja. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 160 Didachรฉ Journal of Christian Education, Vol. 2, No. 2 2021 Didachรฉ Journal of Christian Education Vol. 2, No. 2 2021 160โ€“174 e-ISSN 2722-8584 Published by Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran DOI Perspektif Alkitab Tentang Kesetaraan Gender dan Implikasinya Bagi Pendidikan Agama Kristen Yunardi Kristian Zega Universitas Kristen Indonesia email yunardichristian Abstract Gender equality is still an interesting issue to be discussed today. Most people, especially those living in various regions in Indonesia, still misinterpret this. Gender equality is seen as an act that puts women first. In Christian circles, this thought is caused by Christian leaders in the past who gave teachings about gender who had unfair treatment between men and women. To provide a solution to these problems, the author uses qualitative research with the literature study method. The author finds that, gender is a characteristic that can be exchanged between each other and can be shared by both. Allah distinguishes the sexes but does not differentiate between the roles of the two. Thus, PAK plays a vital role in building gender understanding in the family and community, especially in the field of education, and in the field of education. Keywords bible; gender; Christian education Abstrak Kesetaraan gender masih menjadi isu menarik untuk diperbincangkan hingga saat ini. Sebagian besar masyarakat khususnya yang tinggal di berbagai wilayah di Indonesia, masih salah mengartikan hal tersebut. Kesetaraan gender seolah-olah dianggap sebagai tindakan menomorsatukan perempuan. Dalam lingkungan Kristen, pemikiran ini disebabkan karena adanya para tokoh Kristen di masa lalu yang memberikan ajaran tentang gender yang membuahkan perlakuan tidak adil antara laki-laki dengan perempuan. Untuk memberi solusi permasalahan tersebut, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan metode studi pustaka. Penulis menemukan bahwa, gender adalah sebuah karakteristik yang dapat saling dipertukarkan antara satu sama lain dan dapat dimiliki oleh keduanya. Allah membedakan jenis kelamin manusia tetapi tidak membedakan peran antara keduanya. Dengan demikian, PAK berperan penting untuk membangun pemahaman kesetaraan gender di dalam lingkungan keluarga, masyarakat khususnya di bidang pendidikan, dan di gereja. Kata kunci Alkitab; gender; pendidikan agama Kristen This is an open access article under the CC BY-SA license Y. K. Zega, Perspektif Alkitab Tentang Kesetaraan Gender dan Implikasinya โ€ฆ. 161 Pendahuluan Kesetaraan gender masih menjadi sebuah isu yang menarik untuk diperbincangkan hingga saat ini. Perbincangan tentang kesetaraan gender di Indonesia sudah ada sejak tahun 1990-an. Hal ini ditandai dengan adanya ge-rakan feminisme di Indonesia yang menuntut agar kaum perempuan menda-patkan hak-hak yang sama di lingkungan masyarakat Gunawan, 2017. Walau-pun demikian, sebagian besar orang khususnya yang tinggal di berbagai wilayah desa di Indonesia, masih salah mengartikan hal tersebut. Kesetaraan gender seolah-olah dianggap sebagai tindakan dan keinginan untuk menomorsatukan perempuan yang ada di berbagai belahan dunia Fauziah, Mulyana, & Raharjo, 2015. Karena masih adanya pemahaman masyarakat yang seperti itu, masyarakat sadar atau tidak sadar membuat suatu perlakuan yang tidak adil terhadap kaum perem-puan, dimana kaum perempuan dianggap sebagai orang yang lemah, perlu dike-sampingkan dan dinomorduakan peran dan fungsinya di kehidupan bermasya-rakat. Dengan demikian, peran yang kaitannya dengan urusan publik diambil alih oleh kaum laki-laki, sedangkan kaum perempuan hanya diberikan peran yang berurusan dengan rumah tangga. Beberapa tokoh terkenal di dalam Kekristenan di masa lalu juga pernah mengungkapkan pendapatnya mengenai hal kesetaraan gender di lingkungan masyarakat. Dalam menyatakan pendapat, mereka sering menggunakan Alkitab sebagai pendukung tafsirannya tersebut. Adapun beberapa tokoh Kekristenan tersebut, sebagai berikut 1 Johanes Calvin mengatakan, perempuan diciptakan lebih rendah dari laki-laki, sehingga perempuan memiliki peran nomor dua dalam hal menentukan fungsinya dalam kehidupan masyarakat, terlebih dalam urusan kepemimpinan publik Murfi, 2014; 2 Thomas Aquinas mengatakan, perempuan adalah manusia yang diciptakan dari laki-laki yang cacat dan me-miliki kekurangan; 3 Immanuel Kant berpendapat, perempuan memiliki pera-saan kuat, cantik, anggun, lemah-lembut, dan sebagainya, namun perempuan kurang dalam aspek kognitif yang berkaitan dengan nalar, sehingga perempuan tidak dapat untuk memutuskan tindakan moral yang tepat. Oleh karena itu, perempuan tidak layak untuk mengambil peran yang lebih luas di dalam ling-kungan masyarakat Kania, 2012. Berdasarkan pendapat tokoh-tokoh Kristen di atas, sadar atau pun tidak sadar, penafsiran seperti ini membuahkan perlakuan tidak adil antara laki-laki dengan perempuan, khususnya di lingkungan jemaat Kristen. Oleh sebab itu, pe-nulis merasa penting untuk membahas tentang kesetaraan gender dengan mem- 162 Didachรฉ Journal of Christian Education, Vol. 2, No. 2 2021 berikan pemahaman yang baik dan benar dan didasarkan pada ajaran Alkitab. Adapun tujuan penulisan ini, diharapkan ke depannya kesetaraan gender dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan adil di dalam lingkungan Kekristenan. Remiswal mengatakan, kesetaraan gender adalah memberikan perlakuan yang adil antara perempuan dengan laki-laki dalam menentukan peran dan fungsinya di tengah lingkungan masyarakat. Perempuan dan laki-laki seharus-nya memiliki peluang dan kesempatan yang sama untuk memperoleh tugas, tanggung jawab, fungsi, dan haknya Remiswal, 2013. Dengan demikian, ke-setaraan gender bukanlah ingin membuat perempuan dapat menyaingi laki-laki dalam mengambil alih tugas, tanggung jawab, fungsi dan haknya, melainkan ialah untuk memberikan keadilan antara laki-laki dan perempuan dalam menen-tukan perannya di kehidupan masyarakat. Jadi, peran para pendidik Kristen sangatlah penting untuk memberikan pemahaman Alkitab yang baik dan benar mengenai kesetaraan gender, baik yang ada di lingkungan keluarga, sekolah, maupun gereja. Metode Dalam penulisan artikel ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan metode studi pustaka library research. Dimana penulis, untuk mem-berikan solusi dari permasalahan yang diangkat dengan mengumpulkan berba-gai teori dan informasi dari bahan kepustakaan, seperti buku, kamus, jurnal, Alkitab, tafsiran, media daring, dan sumber-sumber lainnya. Kemudian, sum-ber-sumber tersebut adalah sumber yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik dan bahan-bahan yang digunakan dari sumber pustaka tersebut ter-diri dari konsep, pendapat, ide, dan gagasan yang telah dipilih oleh penulis berdasarkan kesesuaian terhadap pembahasan Zaluchu, 2021. Hasil dan Pembahasan Perbedaan Gender dengan Jenis Kelamin Sex Gender berasal dari bahasa Inggris, secara etimologi yang artinya jenis kelamin. Namun, dalam arti yang sesungguhnya pengertian gender berbeda dengan jenis kelamin sex secara biologis. Gender menurut terminologi adalah suatu konsep kultural/budaya yang berusaha untuk membuat perbedaan dalam hal peran, prilaku, mentalitas, dan karakteristik antara laki-laki dan perempuan yang berkembang di kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, gender dapat di- Y. K. Zega, Perspektif Alkitab Tentang Kesetaraan Gender dan Implikasinya โ€ฆ. 163 definisikan sebagai sebuah harapan masyarakat terhadap laki-laki dan perem-puan dalam menentukan karakteristiknya Rokhmansyah, 2016. Perbedaan gender dan jenis kelamin, yaitu gender merupakan identitas yang didapat dalam proses bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat. Kon-sep gender membedakan laki-laki dan perempuan secara kultural/budaya, di mana laki-laki dianggap rasional, kuat, kekar, dan pemberani, sementara perem-puan emosional, cantik, lemah-lemut dan keibuan. Sifat-sifat yang diberikan ter-sebut tidak permanen, bisa berbeda dan dapat dipertukarkan antara satu sama lain. Sedangkan jenis kelamin merupakan identitas biologis yang bersifat alamiah yang merupakan pemberian dari Tuhan. Jenis kelamin merujuk pada identitas seksual yang bersifat fisik dan genetika. Laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, jakala, dan memproduksi sperma. Laki-laki dewasa memiliki buah pelir, penis, dan prostate. Susunan kromosom laki-laki adalah XY dan pada saat-saat tertentu memproduksi lebih banyak androgen daripada estrogen. Perempuan memiliki alat reproduksi, rahim, saluran untuk melahirkan, mem-produksi telur, memiliki vagina, dan payudara. Perempuan dewasa memiliki indung telur, uterus, klitoris, dan labia. Susunan kromosom perempuan ialah XX dan pada saat-saat tertentu tubuh mereka memproduksi lebih banyak estrogen dibanding androgen. Organ-organ biologis ini menempel secara permanen pada laki-laki dan perempuan dan tidak dapat saling dipertukarkan antara satu sama lain, terutama dalam hal fungsinya Zubaedah, 2010. Penjelasan di atas juga sejalan dengan yang dikatakan oleh Ruminiati dalam bukunya yang berjudul Sosio Antropologi Pendidikan Suatu Kajian Multikul-tural yang mengatakan, gender merupakan sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi oleh kebudayaan masyarakat. Gender merupakan perbedaan karakteristik yang tampak pada laki-laki dan perempuan berdasar-kan tingkah laku. Misalnya laki-laki kuat, kekar, rasional, dan pemberani, se-dangkan perempuan lemah-lembut, perasaan, dan keibuan Rumiati, 2016. Oleh karena itu, kesetaraan gender bukan ingin mempersalahkan kodrat yang Tuhan telah berikan kepada manusia, tetapi justru mengembalikan kodrat pada pro-porsi dan fungsi sosialnya, supaya dijalankan secara setara dan adil antara laki-laki dan perempuan. Tuhan menciptakan jenis kelamin, sementara manusia yang menciptakan perbedaan gender antara perempuan dengan laki-laki dalam ke-hidupan masyarakat. Dengan demikian, gender merupakan hal yang dapat dipertukarkan karena dikonstruksi oleh sosial budaya Murfi, 2014. 164 Didachรฉ Journal of Christian Education, Vol. 2, No. 2 2021 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, gender adalah suatu ka-rakteristik sifat pembeda antara laki-laki dan perempuan yang diciptakan oleh lingkungan sosial dan budaya. Misalnya laki-laki kuat, tegas, pemberani, ra-sional, pemimpin, dan sebagainya, sementara perempuan penyayang, perhatian, lemat-lembut, keibuan dan sebagainya. Walaupun demikian, karakteristik ter-sebut tidaklah bersifat kodrat melainkan dapat saling dipertukarkan antar satu sama lain, contohnya perempuan juga dapat menjadi seorang yang rasional, pe-mimpin, dan sebagainya. Sedangkan laki-laki juga dapat mejadi seorang yang lemah-lembut, penyayang, perhatian, dan sebagainya. Oleh sebab itu, seharus-nya karakteristik tersebut haruslah terlepas dari tindakan diskriminasi, karena laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam menentukan peran dan fungsinya di kehidupan masyarakat luas. Peran Gender di Lingkungan Masyarakat Peran gender dapat terbentuk melalui berbagai sistem nilai-nilai adat/bu-daya, pendidikan, agama, politik, ekonomi, dan sebagainya. Peran gender bisa berubah dari waktu ke waktu, situasi, kondisi, dan tempat yang berbeda De Vries, 2006. Pada umumnya, ada 2 aliran yang tersebar di masyarakat luas ten-tang bagaimana cara memahami peran gender yaitu, aliran nature dan nurture. Aliran nature, di mana melihat perbedaan peran gender secara biologis. Misal, laki-laki kuat, kekar/berotot, mempunyai penis, dan sebagainya dan perempuan mempunyai tubuh yang lebih lemah, mengandung, melahirkan, dan menyusui. Untuk itu, peran laki-laki dan perempuan tidak dapat saling dipertukarkan. Se-dangkan aliran nurture berpendapat, peran gender itu dikonstruksi oleh masya-rakat sosial dan dapat saling dipertukarkan oleh keduanya, seperti mencari naf-kah, menjadi pemimpin, menyelesaikan urusan domestik, urusan publik, dan sebagainya Remiswal, 2013. Jadi, dengan adanya perbedaan pemahaman yang dimiliki masyarakat tentang gender tesebut, akan membedakan bagaimana per-lakuan masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan dalam menentukan peran dan fungsinya. Selanjutnya, di dalam kebudayaan patriarkat, masyarakat memposisikan kedudukan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Dengan demikian, laki-laki layak dan harus berada di ruang publik. Kegiatan yang diberikan pada laki-laki di ruang publik berisikan aktivitas seperti keterlibatan di organisasi, struk-tural jabatan yang berkaitan dengan fungsinya sebagai atasan, bawahan, atau anggota kelompok, menjadi pemimpin, dan sebagainya. Sedangkan tugas-tugas Y. K. Zega, Perspektif Alkitab Tentang Kesetaraan Gender dan Implikasinya โ€ฆ. 165 yang diberikan kepada perempuan, yaitu ruang domestik yang bersifat tertutup, berisikan aktivitas kerumahtanggaan seperti mengurus anak, mengurus dapur, memasak, menyuci, besih-bersih rumah, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam kebudayaan patriarkat laki-laki yang adalah kepala keluarga, jarang untuk me-ngerjakan tugas-tugas dalam mengurus rumah tangga dan anak Herdiansyah, 2016. Dalam keyakinan kaum Yahudi, laki-laki dianggap mempunyai peran yang paling penting daripada perempuan. Ketika laki-laki membuat suatu atur-an/norma, maka itu dianggap sebagai suatu kebenaran. Hal tersebut karena pemahaman orang-orang Yahudi mengenai gender dalam Kitab Perjanjian Lama menganggap bahwa, Allah sebagai Bapa menunjuk pada dominasi laki-laki, sehingga dasar untuk membuat aturan/norma kehidupan harus dari pandangan laki-laki. Dengan demikian, hal ini menciptakan sebuah ketidakadilan gender dalam kehidupan masyarakat yang menggeser perannya kaum perempuan, orang Yahudi menganggap martabat perempuan sama seperti pembantu. Dalam hal hukum waris, anak laki-laki berhak menjadi pewaris utama dari orang tuanya, sementara anak perempuan yang belum berumur 12 tahun, tidak berhak untuk menerima apa pun dari warisan tersebut. Dalam hukum Yahudi kedu-dukan seorang istri dan anak perempuan sangat lemah sekali, semua harta benda istri harus menjadi milik suaminya. Istri tidak berhak memiliki apa-apa selain maskawin yang diberikan kepadanya. Di samping itu, kaum perempuan wajib melakukan semua pekerjaan rumah, baik yang berat maupun ringan harus dikerjakan dengan taat Wibowo, 2015. Di dalam Kekristenan, beberapa tokoh juga mengungkapkan pendapat-nya mengenai peran gender. Salah satunya ialah Martin Luther. Luther masih memberikan perbedaan antara laki-laki dan perempuan, khususnya dalam hal memperoleh pendidikan. Namun berbeda dengan Erasmus yang justru sangat prihatin terhadap kebiasaan masyarakat dan peraturan gereja yang sering me-rendahkan perempuan, sehingga dia membuat tanggapan bahwa perempuan se-harusnya memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki. Erasmus mengajar ke-pada warga Kristen supaya berpikir lebih manusiawi terhadap kemanusiaan se-mua perempuan Boehlke, 2018. Di sini dapat dilihat, di dalam Kristenan juga sudah sejak lama, ada tanggapan dan perlakuan yang berbeda dalam menen-tukan peran gender dalam lingkungan masyarakat Kristen. Berdasarkan perbedaan tanggapan dan perlakuan di atas, peran gender akan sangat mempengaruhi kontrol sosial dari masyarakat. Misal seharusnya 166 Didachรฉ Journal of Christian Education, Vol. 2, No. 2 2021 laki-laki memiliki sifat karakteristik lebih kuat dari perempuan, jika ada laki-laki yang lebih lemah dari perempuan, maka pemberlakuan kontrol sosial masya-rakat berlaku kepadanya. Kontrol sosial dari masyarakat bisa positif dan negatif. Kontrol positifnya masyarakat akan membentuknya menjadi pribadi yang lebih kuat dari perempuan, sedangkan kontrol negatifnya masyarakat akan mengejek atau menyindirnya karena dia lebih lemah dari perempuan, dan hal ini pun ber-laku sebaliknya kepada kaum perempuan Herdiansyah, 2016. Oleh karena itu, sangat penting adanya pendidikan yang memberikan pemahaman yang baik dan benar tentang kesetaraan gender dalam kehidupan masyarakat, sehingga ke depannya tidak ada lagi sikap diskriminasi yang dapat merugikan salah satu gender, khususnya di dalam lingkungan Kekristenan. Perspektif Alkitab tentang Kesetaraan Gender Bila gender ditafsirkan menggunakan Alkitab Perjanjian Lama PL de-ngan melihat siapa manusia yang lebih dulu diciptakan oleh Allah, maka itu ada-lah laki-laki Adam, kemudian Allah menciptakan perempuan Hawa untuk menjadi penolong laki-laki. Dengan demikian, posisi laki-laki dinomorsatukan dan perempuan diperbantukan sebagai nomor dua. Inilah tafsiran patriarkhal yang berabad-abad sudah lama menentukan paham Kekristenan Barth & Barth, 2017. Jones 2012 menjelaskan, berdasarkan fakta di dalam Alkitab laki-laki adalah manusia pertama yang diciptakan, setelah itu Allah menciptakan perem-puan dari tulang rusuk laki-laki untuk menjadi penolong laki-laki. Walaupun de-mikian, maksud Allah menciptakan perempuan dari tulang rusuk laki-laki, bukan berarti kedudukan perempuan lebih tinggi atau pun lebih rendah. Di da-lam Kejadian 218 menjelaskan, Allah menciptakan perempuan sebagai penolong laki-laki yang sepadan, artinya sepadan bahwa laki-laki dan perempuan sejajar dari segi penciptaan Allah. Jadi, perempuan diciptakan Allah untuk laki-laki bukan sebagai budaknya, melainkan sebagai permaisuri yang sepadan dalam bahasa Ibrani kenegdo yang menunjukkan kepada kesesuaian dan kesamaan. Di dalam Kejadian 126-28 dapat dilihat bahwa, Allah menciptakan manusia, yakni laki-laki dan perempuan secara sejajar. Allah memberkati laki-laki dan perempuan serta memberikan hak dan peran yang sama untuk bertang-gung jawab mengurus segala ciptaan-Nya. Christoph Barth dan Marie-Claire Barth mengatakan, Allah menciptakan manusia bentuk tunggal, kemudian membuat mereka bentuk jamak. Di mana laki-laki disebut dengan kata sifat Y. K. Zega, Perspektif Alkitab Tentang Kesetaraan Gender dan Implikasinya โ€ฆ. 167 maskulin dan perempuan dengan kata sifat feminim. Hal ini menunjukkan bahwa, tidak ada manusia lain yang diciptakan Allah, selain dari jenis maskulin dan feminim. Baik maskulin dan feminim, keduanya sama-sama merupakan ma-nusia yang mencerminkan gambar Allah serta keduanya juga diberkati dan di-berikan kuasa yang sama oleh Allah di dunia ini Barth & Barth, 2017. Jadi, wa-laupun laki-laki dan perempuan diciptakan Allah dengan jenis yang berbeda secara biologis dan memiliki karakteristiknya masing-masing, namun Allah ti-dak membuat perlakuan yang berbeda terhadap keduanya, melainkan membe-rikan tugas dan tanggungjawab yang setara/seimbang, serta memberkati kedua ciptaannya tersebut. Di dalam kisah perjanjian baru juga menceritakan bahwa, Yesus sangat menentang diskriminasi yang terjadi pada zaman-Nya. Yohanes 82-11 mence-ritakan, ketika orang-orang Yahudi menangkap seorang perempuan yang berzi-nah, kemudian mereka membawanya kepada Yesus dan meminta untuk meng-hukum perempuan tersebut, namun Yesus tidak menuruti permintaan mereka. Dalam kisah tersebut dapat dilihat, orang-orang Yahudi tersebut hanya me-nangkap perempuan yang berzinah tetapi tidak menangkap laki-laki yang ber-zinah. Oleh karena itu, Yesus dengan tegas mengatakan kepada mereka โ€œbagi barang siapa yang merasa tidak berdosa hendaknya ia yang pertama kali me-rajam perempuan ini.โ€ Yoh. 87 Perkataan Yesus ini menunjukkan bahwa, Yesus menentang tindakan diskriminasi yang dilakukan oleh orang-orang Ya-hudi tersebut. Hal ini dilakukan Yesus karena, Yesus sangat menjunjung tinggi kesetaraan gender. Yesus paham bahwa Allah saja tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan Telnoni, 2020. Oleh karena itu, perlakuan yang tidak adil dan diskriminasi tersebut, hanyalah perbuatan yang dibuat oleh manusia. Adapun ayat-ayat Alkitab yang menjelaskan tentang kesetaraan gender dapat ditemukan dalam Kejadian 3412; Keluaran 217; Imamat 121-5; Ulangan 241-4; Samuel 1825; Nehemia 6 Galatia 328 dan lainnya. Kalau kita dapat memahami ayat-ayat ini dengan baik, kita akan menemukan bahwa ayat-ayat ini memperlihatkan laki-laki dan perempuan dengan status sosial yang sama Telnoni, 2020. Kalintabu 2020 mengatakan, Allah dan Yesus memandang laki-laki dan perempuan tidak ada yang inferior dan superior, melainkan keduanya memiliki derajat yang sama dan memiliki kesempatan yang sama untuk me-nikmati anugerah Allah. Jadi, walaupun laki-laki dan perempuan sederajat, na-mun mereka bukanlah serupa. Karena kesederajatan dan keserupaan adalah dua hal yang berbeda. 168 Didachรฉ Journal of Christian Education, Vol. 2, No. 2 2021 Beberapa contoh tokoh yang ada di dalam Alkitab, di mana perempuan memiliki karakteristik yang seharusnya dimiliki laki-laki seperti kuat, tegas, pe-mimpin, dan pemberani. Begitu pun sebaliknya dengan laki-laki yang memiliki karakteristik yang lemah lembut, penyabar, perhatian, dan penyayang, sebagai berikut Dalam Kitab Hakim-Hakim Pasal 4 menceritakan kisah seorang perem-puan yang bernama Debora. Orang-orang Israel pada masa itu, menghadap De-bora untuk berhakim kepadanya. Debora memiliki karisma yang sangat kuat, ka-rena dia juga adalah seorang nabiah Bruce, 2012. Dalam KBBI, karisma adalah suatu keadaan atau bakat yang luar biasa dalam hal kepemimpinan serta atribut kepemimpinan. Pranoto 2020 mengatakan, pemimpin yang berkarisma memi-liki otoritas dan kemampuan dalam memotivasi para pengikutnya. Di dalam se-bagian budaya masyarakat, karateristik tersebut dituntut agar dimiliki oleh kaum laki-laki saja, akan tetapi karakteristik ini Allah berikan kepada Debora. Di sini dapat dilihat bahwa, Allah tidak membedakan/ memisah-misahkan peran antara laki-laki dan perempuan. Untuk itu, Perem-puan juga bisa menjadi se-orang pemimpin yang kuat, tegas, pemberani, dan bijaksana dalam memberikan keputusan, khususnya di lingkungan publik. Selain Debora masih banyak lagi para tokoh perempuan yang dipakai Allah baik dalam kepemimpinannya mau-pun perannya di lingkungan publik, seperti kisah Miryam seorang perempuan pemberani yang menjadi pemimpin bersama Musa dan Harun, serta memiliki gelar nabiah Kel. 1520, Mik. 64, Hulda adalah seorang perempuan yang mem-punyai gelar nabiah dan sangat dihormati pada zaman Raja Yosia, ia adalah se-orang pemimpin rohani yang sangat disegani dan dihormati pada zaman itu 2 Raj. 2214, 2 Taw. 3422, dan Ester seorang perempuan pemberani yang telah menjadi penyelamat dan pahlawan bagi umat Israel Est. 71-10. Cerita sebaliknya juga dapat dilihat dalam Kejadian pasal 37-45 seorang laki-laki yang bernama Yusuf. Dalam kisah tersebut menceritakan, Yusuf men-dapat perlakukan yang tidak baik dari saudara-saudaranya. Walaupun demi-kian, Yusuf diberikan Allah karakteristik yang lemah lembut, penyabar, perha-tian, penyayang, dan mudah memaafkan terhadap perlakuan saudara-saudara-nya. Karakteristik tersebut seharusnya dimiliki oleh kaum perempuan, namun Yusuf juga memilikinya meskipun dia laki-laki. Selain Yusuf masih banyak lagi laki-laki di dalam Alkitab yang memiliki karakteristik tersebut, seperti cerita Ishak dengan gembala-gembala Gerar yang mengakui sumur kepunyaan Ishak sebagai milik mereka, namun Ishak selalu mengalah, sabar dan tetap rendah hati Kej. 261-31. Kemudian, seorang laiki-laki bernama Yesaya yang memiliki sikap Y. K. Zega, Perspektif Alkitab Tentang Kesetaraan Gender dan Implikasinya โ€ฆ. 169 yang sangat lembut dan rendah hati Yes. 65. Yesus Kristus yang memiliki karakteristik yang lemah lembut, pengasih, dan penyayang kepada semua orang Mat. 85-7; 1129. Rasul Paulus yang memiliki karakteristik yang rendah hati 1 Kor. 24-5; 158-10; 1 Tim. 115-16, dan masih banyak lagi tokoh Alkitab lainnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, peran gender me-rupakan sebuah karakteristik yang bisa saling dipertukarkan antara laki-laki dengan perempuan dan karakteristik tersebut juga dapat dimiliki oleh kedua-nya. Barth mengatakan, manusia dalam bentuk laki-laki dan perempuan meru-pakan mitra yang sederajat dan hendaknya saling tolong menolong tidak hanya di dalam keluarga, melainkan juga di lingkungan masyarakat publik. Demi-kianlah manusia menurut rencana Allah, Allah membedakan jenis kelamin ma-nusia namun tidak membuat perbedaan peran antara keduanya Barth & Barth, 2017. Oleh karena itu, kesetaraan gender perlu untuk dibangun dalam masya-rakat luas, sehingga laki-laki dan perempuan dapat lebih leluasa untuk mengem-bangkan kemampuan dan potensi yang ada di dalam dirinya, tanpa ada rasa takut karena adanya bayang-bayang dari perbedaan gender yang diciptakan oleh budaya masyarakat. Implikasinya bagi Pendidikan Agama Kristen Pendidikan agama Kristen PAK merupakan suatu pelayanan dalam bidang pendidikan yang memberikan pondasi pengajaran iman Kristen bagi peserta didik melalui keluarga, gereja, dan sekolah Nainggolan & Zega, 2021. Seorang pendidik PAK haruslah menjadikan dasar utama dalam setiap penga-jarannya berdasarkan pengetahuan Alkitab yang baik dan benar, khususnya dalam mengajarkan kesetaraan gender. Murfi 2014 mengatakan, pendidikan agama tentang kesetaraan gender bertujuan untuk memberikan perlakuan yang adil antara perempuan dan laki-laki dalam menentukan perannya, sehingga laki-laki dan perempuan memiliki peluang dan kesempatan yang sama untuk mem-peroleh tugas, tanggung jawab, fungsi dan haknya dalam masyarakat. Oleh karena itu, peran PAK dalam membangun kesetaraan gender sangatlah penting, baik dalam kehidupan berkeluarga, lingkungan pendidikan sekolah, maupun dalam lingkungan gereja. Implikasi Bagi Kehidupan Berkeluarga Dalam membangun kesetaraan gender dalam kehidupan berkeluarga, suami dan istri harus saling bekerjasama dan tolong-menolong membangun 170 Didachรฉ Journal of Christian Education, Vol. 2, No. 2 2021 kehidupan keluarga agar menjadi lebih baik dari sisi keharmonisan keluarga, ekonomi keluarga, serta pendidikan yang akan diberikan kepada anak-anak. Adapun beberapa cara dalam membangun kesetaraan gender dalam kehidupan berkeluarga, antara lain Pertama, dalam mengajarkan PAK keluarga tentang kesetaraan gender, orang tua perlu memiliki pemahaman yang baik dalam me-mahami Alkitab, di mana para orang tua harus paham tentang perbedaan jenis kelamin yang diciptakan oleh Allah dan perbedaan peran gender yang terbentuk dalam budaya masyarakat. Dengan demikian, orang tua dapat mengambil ke-putusan dalam menentukan perilakunya dalam kehidupan berumah tangga, serta dapat mengajarkan kepada anak-anaknya tentang kesetaraan gender yang berdasarkan kebenaran Alkitab. Kedua, dalam mengambil setiap keputusan di dalam keluarga sebaiknya tidak hanya di dasarkan oleh keputusan dari suami saja. Namun, kepala keluarga suami perlu mengajak istri dan anggota keluarga lainnya untuk sama-sama berunding mencari jalan keluar dari setiap permasalahan yang dihadapi oleh semua anggota keluarga, serta selalu memberi kesempatan kepada istri dan anggota keluarga lainnya untuk mengemukakan pendapat dan mempertim-bangkan setiap pendapat yang telah disampaikan Putri & Lestari, 2015. Ketiga, dalam mengelolah keuangan sebaiknya suami tidak hanya berperan sebagai pencari nafkah tunggal, melainkan istri juga dapat bekerja untuk menambah penghasilan ekonomi keluarga, seperti banyak perempuan yang bekerja di kantor, di pabrik, berjualan di pasar dan sebagainya, sehingga perempuan tidak hanya mengurusi wilayah domestik saja seperti mengurus rumah tangga, memasak, menyuci, menyapu, dan sebagainya Putri & Lestari, 2015. Keempat, dalam mengasuh anak sebaiknya tidak hanya dibebankan kepada istri saja, melainkan tugas dan tanggungjawab bersama suami-istri. Untuk itu, kedua orang tua harus bekerjasama atau pun saling bergantian untuk mengawasi serta memberikan nasihat kepada anak-anaknya Putri & Lestari, 2015. Kelima, dalam memberikan didikan dan kasih sayang kepada anak-anak, orang tua harus berlaku adil baik perempuan maupun laki-laki harus diberikan didikan dan kasih sayang yang adil tanpa melihat perbedaan jenis kelamin Zega, 2021. Implikasi Bagi Lingkungan Pendidikan Sekolah Dalam membangun kesetaraan gender dalam masyarakat luas khususnya dalam lingkungan pendidikan sekolah. Guru PAK mempunyai peran yang cu- Y. K. Zega, Perspektif Alkitab Tentang Kesetaraan Gender dan Implikasinya โ€ฆ. 171 kup penting dalam memberikan pemahaman yang baik bagi siswa-siswinya tentang kesetaraan gender, adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh guru PAK dan sekolah, antara lain Pertama, guru PAK perlu membangun sikap sensitif gender. Allah menciptakan laki-laki dan perempuan sepadan. Jadi, tidak ada yang lebih dominan antara gender laki-laki dan perempuan Kej. 218. De-ngan tetap mempertimbangkan nilai-nilai kodrati, penerapan gender dalam pembelajaran di sekolah harus proporsional kepada semua siswa-siswinya Indrapangastuti, 2014. Untuk itu, seorang guru PAK harus memiliki pema-haman yang baik tentang kesetaraan gender. Kedua, perlu merumuskan reorientasi kurikulum pendidikan sekolah alternatif yang sensitif gender, sehingga saling menghormati satu sama lain an-tara laki-laki dan perempuan tanpa melihat perbedaan secara biologis Efendy, 2014. Ketiga, perlu mengimplementasikan program perwujudan kesetaraan hak pendidikan antara anak perempuan dan anak laki-laki dalam berbagai jenjang dan jenis pendidikan Efendy, 2014. Keempat, perlu memberikan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam mengaktualisasikan diri dalam proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah Efendy, 2014. Kelima, guru PAK haruslah seorang yang mempunyai keteladan yang baik dalam mewujudkan kesetaraan gender dan tidak bersikap diskriminatif kepada salah satu gender. Keenam, guru PAK harus memiliki sensitifitas terhadap permasalahan gender yang terjadi di lingkungan sekolahnya. Implikasi Bagi Lingkungan Gereja Dalam lingkungan gereja, perempuan juga memiliki hak yang sama dalam melayani Allah. Allah menciptakan jenis kelamin, sementara manusialah yang menciptakan perbedaan gender bagaimana menjadi perempuan dan laki-laki. Oleh sebab itu, lingkungan gereja seharusnya dapat bersikap bijak dalam menyikapi hal tersebut, karena laki-laki dan perempuan adalah makluk ciptaan Allah yang diciptakan setara dan sejajar serta sama-sama telah diberkati Allah. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan agar jemaat memiliki pemahaman mengenai kesetaraan gender yang adil dalam lingkungan gereja, antara lain Pertama, membuat Pendalaman Alkitab PA dengan penafsiran yang baik dan benar dalam memberikan pemahaman tentang kesetaraan gender, khususnya dalam memberikan penafsiran kitab Perjanjian Lama tentang penciptaan laki-laki dan perempuan. 172 Didachรฉ Journal of Christian Education, Vol. 2, No. 2 2021 Kedua, memberikan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perem-puan untuk memajukan pelayanan gereja, misalnya dalam membuat rapat ke-pengurusan gereja perlu melibatkan kaum perempuan serta menghargai dan mempertimbangkan setiap pendapat mereka. Ketiga, Memberikan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam mengaktualisasikan diri dalam segala bentuk kegiatan dan aktivitas pelayanan di gereja. Keempat, Memberikan semi-nar kepada para jemaat dan orang-orang Kristen lainnya tentang kesetaraan gen-der di kalangan Kristen, sehingga semakin banyak jemaat Kristen yang mem-punyai pemahaman yang benar mengenai kesetaraan gender, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, dan gereja. Rekomendasi Penelitian Lanjutan Pengimplementasian kesetaraan gender dalam kehidupan masyarakat Kristen, baik di dalam keluarga, gereja, dan masyarakat luas merupakan hal yang penting untuk diterapkan sehingga tidak muncul perlakuan yang diskri-minatif antara laki-laki dan perempuan. Oleh sebab itu, penelitian selanjutnya dapat mengembangkan dan mengkaji tentang langkah-langkah apa saja yang dapat ditempuh gereja dalam menghadapi permasalahan-permasalahan menge-nai kesetaraan gender yang masih terjadi hingga saat ini, khususnya di ling-kungan gereja. Pembahasan lanjutan ini akan menarik dalam memperkaya ka-jian-kajian tentang kesetaraan gender yang Alkitabiah. Kesimpulan Gender adalah suatu karakteristik sifat pembeda antara laki-laki dan pe-rempuan yang terbentuk baik dalam lingkungan sosial maupun budaya. Misal-nya laki-laki harus kuat, tegas, pemberani, rasional, pemimpin dan sebagainya, sementara perempuan penyayang, perhatian, lemat-lembut, cengeng, keibuan dan sebagainya. Oleh karena itu, karakteristik tidaklah bersifat kodrat atau dapat saling dipertukarkan antara satu sama lain dan seharusnya karakteristik tersebut terlepas dari tindakan diskriminasi masyarakat. Di dalam Alkitab menjelaskan bahwa gender adalah sebuah karakteristik yang bisa saling dipertukarkan antara satu sama lain dan dapat dimiliki oleh keduanya. Dalam kitab kejadian melihat manusia dalam bentuk laki-laki dan perempuan sebagai mitra yang setingkat dan sederajat yang hendaknya saling tolong-menolong, tidak di keluarga saja, melainkan juga di lingkungan publik. Demikianlah manusia menurut rencana Allah, Allah membedakan jenis kelamin Y. K. Zega, Perspektif Alkitab Tentang Kesetaraan Gender dan Implikasinya โ€ฆ. 173 manusia tetapi tidak membedakan peran antara keduanya. Dengan demikian, PAK memiliki peran yang penting untuk memberikan kesetaraan gender yang adil baik di dalam lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat khususnya pendidikan sekolah, maupun di lingkungan gereja. Rujukan Barth, C., & Barth, M. C. 2017. Teologi Perjanjian Lama 1. Jakarta BPK Gunung Mulia. Boehlke, R. R. 2018. Sejarah Perkembangan Pikiran & Praktek Pendidikan Agama Kristen Dari Plato Sampai Ignatius Loyola. Jakarta BPK Gunung Mulia. Bruce, F. F. 2012. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 Kejadian-Ester, Terj. Sijabat. Jakarta Yayasan Komunikasi Bina Kasih. De Vries, D. W. 2006. Gender Bukan Tabu Catatan Perjalanan Fasilitasi Kelompok Perempuan di Jambi. Bogor Center For International Foresty Research. Efendy, R. 2014. Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan. Jurnal Al-Maiyyah, 72, 142โ€“165. Fauziah, R., Mulyana, N., & Raharjo, S. T. 2015. Pengetahuan Masyarakat Desa Tentang Kesetaraan Gender. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 22. Gunawan, L. 2017. Kesetaraan dan Perbedaan Laki-laki dan Perempuan Kritik terhadap Gerakan Feminisme. Societas Dei Jurnal Agama Dan Masyarakat, 32, 288. Herdiansyah, H. 2016. Gender Dalam Perspektif Psikologi. Jakarta Salemba Humanika. Indrapangastuti, D. 2014. Praktek dan Problematik Pendidikan Multikultural di SMK. Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi Dan Aplikasi, 21, 13โ€“25. Jones, H. R. 2012. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 Kejadian-Ester. Jakarta Yayasan Komunikasi Bina Kasih. Kalintabu, H. 2020. Kajian Teologis Tentang Perempuan dan Peranannya dalam Pendidikan Agama Kristen Gereja. Jurnal Shanan, 41, 57โ€“72. Kania, D. D. 2012. Isu Gender Sejarah Dan Perkembangannya. Murfi, A. 2014. Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen. Jurnal Pendidikan Islam, 32, 267. 174 Didachรฉ Journal of Christian Education, Vol. 2, No. 2 2021 Nainggolan, J. P., & Zega, Y. K. 2021. Konsep Kelompok Sel Sebagai Revitalisasi Pendidikan Agama Kristen Dalam Gereja. TELEIOS Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 11, 15โ€“29. Pranoto, M. M. 2020. Sisi Gelap Kepemimpinan Pentakostal-Karismatik. GEMA TEOLOGIKA Jurnal Teologi Kontekstual Dan Filsafat Keilahian, 52, 175. Putri, D. P. K., & Lestari, S. 2015. Pembagian Peran Dalam Rumah Tangga Pada Pasangan Suami Istri Jawa. Jurnal Penelitian Humaniora, 161, 72โ€“85. Remiswal. 2013. Menggugah Partisipasi Gender di Lingkugan Komunitas Lokal. Yogyakarta Graha Ilmu. Rokhmansyah, A. 2016. Pengantar Gender dan Feminisme Pemahaman Awal Kritik Sastra Feminisme. Samarinda Penerbit Garudhawaca. Rumiati. 2016. Sosio Antropologi Pendidikan Suatu Kajian Multikultural. Malang Gunung Samudera. Telnoni, B. 2020. Peran Pendidikan Agama Kristen Dalam Membelajarkan Kesetaraan Gender Pada Anak Usia Dini. Jurnal Abdiel Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen Dan Musik Gereja, 42, 167โ€“179. Wibowo, F. 2015. Gender dalam Perspektif Yahudi. Zaluchu, S. E. 2021. Metode Penelitian di dalam Manuskrip Jurnal Ilmiah Keagamaan. Jurnal Teologi Berita Hidup, 32, 249โ€“266. Zega, Y. K. 2021. Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga Upaya Membangun Spiritualitas Remaja Generasi Z. JURNAL LUXNOS, 71, 105โ€“116. Zubaedah, S. 2010. Mengurai Problematika Gender Dan Agama. Jurnal Studi Gender & Anak, 52, 243โ€“260. ... Hal ini disebabkan oleh budaya patriarki yang sudah berlangsung lama yang telah menundukkan perempuan di bawah otoritas laki-laki selama ribuan tahun. Pengejaran kesetaraan gender terus menjadi wacana yang menarik, sebagaimana dibuktikan oleh upaya gerakan feminis Indonesia untuk menuntut persamaan hak bagi perempuan dalam masyarakat Zega, 2021. Di berbagai belahan dunia, gagasan paritas gender dianggap sebagai upaya atau cita-cita yang mengutamakan pemberdayaan perempuan Fauziah, Mulyana, & Raharjo, 2015. ...Fransesco Agnes RanubayaYohanes EndiThe Catholic Church has always provided space to fight for justice and gender equality to fulfill God's mission in the world. Women's lives have changed dramatically over the past quarter century. Progress on gender equality remains limited. The still strong patriarchal culture prolongs the suffering of the helpless and complicates the struggle and change toward justice and gender equality. Discrimination against women is a common problem in almost all occupations, even in most parts of the world. It can be understood that gender is a distinction that is neither biological nor divine nature. The purpose of this study is to raise the theme of gender equality which is discussed based on Church documents, namely Gaudium Et Spes art. 9 and art. 29. This research uses a type of library research, which has the aim of tracing and analyzing data or information about the essence of Gaudium Et Spes Article 9 and Article 29 documents concerning Gender Equality. The contribution of Gaudium Et Spes Art. 9 and Art. 29 is that the similarities between men and women are through the institution of goodwill in the sense that both men and women participate in what the church stands for, which is the struggle to shape human life more humanely. The Catholic Church also stressed that this will take a long time, considering that the fight for gender equality is not easy, especially in a world that is heavily influenced by patriarchy. In addition, this research is useful to open horizons regarding gender equality and everyone, both men and women, realize the differences that exist as God's goodwill. Through this document, the Church strives to think about how gender issues are taken seriously to avoid injustices in public PasangPenting untuk memahami arti kata sepadan karena persoalan di seputar laki-laki dan perempuan, suami dan isteri bukanlah sesuatu yang baru karena telah terjadi sejak kejatuhan manusia dalam dosa sebagaimana dijelaskan dalam Kejadian 3. tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan makna kata "sepadan" dalam Kejadian 218 sebagai pedoman bagi relasi suami-isteri dalam keluarga kristen. Dalam mengkaji topik ini metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi literatur dan eksegese teks Kejadian 218. Kesimpulan menjadi "sepadan" tidak hanya bergantung pada satu pribadi tertentu saja melainkan memerlukan peranan dari semua aspek yang ada di dalamnya baik sebagai seorang suami laki-laki, perempuan isteri, dan anak-anak sehingga menjadi satu keluarga yang utuh secara khusus dalam konteks sebagai keluarga SetiantoThe issue of Gender does not yet have a common ground. Women are always considered weak and helpless human beings. However, in some ethnic groups in Indonesia, the opposite is true. Men are deemed to have no value to women. This study aims to examine the concept of gender equality from a biblical perspective. As the primary source of teaching authority, the Bible provides a solid picture of gender equality. The research method used is exploratory qualitative. The results of the study state that the Bible consistently discusses the principle of gender equality. Because gender equality is essential, many activists voice this principle in the struggle for human rights. Therefore, viewing humans as the noblest created beings is the basis for this struggle for gender equality. Thus, opportunities and responsibilities in all aspects of life own by all humans and created by agama Kristen berlangsung secara normatif-ritualistik-konvensional dan cenderung membatasi diri pada perubahan serta menunjukkan praksis di zona nyaman. Praksis semacam itu mengindikasikan bahwa kepedulian dan kepekaan dalam dinamika PAK hanyalah menjadi tugas orang-orang tertentu. Kerapuhan praksis PAK semakin terlihat ketika berjumpa pada masa dimana kecekatan, kapasitas dan kualitas menjadi orientasi dalam sistem sosial. PAK harus mampu menghadapi berbagai isu sosial sekaligus berupaya memperkokoh pondasi serta menjadi jawaban atas kebutuhan dan pergumulan hidup orang-orang. Oleh karena itu, PAK harus direkonstruksi secara kontekstual dan inovatif sehingga PAK benar-benar hadir menjadi wahana dimana orang-orang dapat belajar memaknai hidup dan berdampak bagi banyak orang. Dengan metode penelitian deskriptif-analitis, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berbagai persoalan dalam praktik PAK, baik di sekolah, gereja dan keluarga atau masyarakat, serta menghadirkan rumusan strategi yang kontekstual dan inovatif dalam praksis PAK. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perhatian PAK tidak hanya sebatas di sekolah, masyarakat atau keluarga dan gereja namun lebih luas menjangkau isu-isu sosial lainnya yang melekat dengan tugas dan panggilan PAK. Berbagai permasalahan atau fenomena yang terjadi dalam kaitannya dengan praksis PAK menegaskan pentingnya upaya rekonstruksi strategi PAK yang kontekstual dan inovatif. Rekonstruksi strategi PAK dimaksudkan agar memperkuat bangunan PAK yang rapuh dan tidak adaptif dengan perkembangan dan kemajuan zaman dewasa RinuktiHarls Evan R. SiahaanAgustin Soewitomo PutriThis manuscript is a study considering to the phenomenon of gender discrimination that still occurs in Christianity. The purpose of this study was to construct the idea of gender equality and justice within the framework of Pentecostal Hospitality Theology. The method used in this research was descriptive analysis and constructive argumentative using literature data related to Hospitality Theology, especially, the Pentecostalismโ€™s response to the issue of gender equality and justice. As a result, Hospitality Theology is a theological construction that expresses openness to all differences equally and fairly. In conclusion, Pentecostal Hospitality Theology cannot be separated from the event of the outpouring of the Holy Spirit. It departs from the narrative virtues of the early church which welcomed different and foreign identities in equality and justice. Abstrak. Naskah ini merupakan sebuah kajian yang memperhatikan fenomena diskriminasi gender yang masih terjadi di kekristenan. Tujuan kajian ini adalah mengonstruksi ide kesetaraan dan keadilan gender dalam bingkai Teologi Hospitalitas Pentakostal. Metode dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan argumentatif konstruktif dengan menggunakan data literatur yang terkait dengan Teologi Hospitalitas, khususnya sikap Pentakostalisme terhadap isu kesetaraan dan keadilan gender. Hasilnya, Teologi Hospitalitas merupakan konstruksi teologis yang mengekspresikan keterbukaan pada segala perbedaan secara setara dan berkeadilan. Sebagai kesimpulan, Teologi Hospitalitas Pentakostal tidak dapat dilepaskan dari peristiwa pencurahan Roh Kudus dan berangkat dari virtue naratif jemaat mula-mula yang menyambut identitas berbeda dan asing dalam kesetaraan dan Piter Nainggolan Yunardi YunardiAbstrakKelompok sel di gereja terhadap anak, remaja/pemuda, serta orangtua bertujuan untuk mengajar dan memperlengkapi pelayanan gereja sehingga terjadi multiplikasi. Kelompok sel harus diawali dengan melayani Tuhan, berdoa, dan berada dalam sebuah kesatuan. Kelompok sel merupakan kelompok kecil yang tidak lebih dari 12 orang untuk bertemu secara teratur sebagai sarana agar tiap anggota dapat mempelajari firman Tuhan dan membagikan pengalaman hidup dalam suasana persaudaraan yang akrab dan menyenangkan untuk bertumbuh pada pengenalan akan Yesus Kristus. Perlu adanya kegiatan kelompok sel di gereja karena ibadah yang dilaksanakan pada hari minggu, umumnya tidak akan dapat memenuhi kebutuhan tersebut karena ibadah hari minggu hanya komunikasi satu arah. Oleh karena itu, penulis dalam artikel ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana prinsip kelompok sel sebagai revitalisasi pendidikan agama Kristen di gereja kepada setiap anggota jemaat. Hasil dari penelitian ini adalah kelompok sel dapat menjadi salah satu metode yang ampuh bagi gereja untuk mencapai penyempurnaan orang-orang kudus dalam pekerjaan/pelayanan Tuhan Ef. 413. Kata Kunci Gereja; Kelompok Sel; Pendidikan Agama Kristen; Revitalisasi AbstractCell groups in the church for children, youth/youth, and parents aim to teach and equip church services so that multiplication occurs. The cell group must begin with serving God, praying, and being in oneness. Cell groups are small groups of no more than 12 people to meet regularly as a means so that each member can study God's word and share life experiences in a close and pleasant brotherly atmosphere to grow in the knowledge of Jesus Christ. There is a need for cell group activities in the church because worship held on Sundays, generally will not be able to meet these needs because Sunday worship is only one-way communication. Therefore, the author in this article aims to explain how the principle of cell groups as a revitalization of Christian religious education in the church to every member of the congregation. The result of this research is that cell groups can be a powerful method for the church to achieve the perfection of the saints in God's work/service Eph. 413. Keywords Church; Cell Groups; Christian education; Revitalization Sonny ZaluchuA common problem regarding the method section in the structure of scientific journals is that they are written in general and not typical. A research method must report the procedures the researcher takes to carry out his research. The contents are not the same as the method descriptions in other studies. Therefore, this paper aims to explain the importance of methods in the structure of writing scientific journal articles. In particular, several methods commonly referred to in theological research are presented descriptively and topically. The conclusion obtained is, with the correct understanding of the research method, lecturers or researchers can produce theological research work that can be accounted for its academic validity. Research contribution This paper provides insights to lecturers and researchers in writing and formulating methods in scientific journal papers and contributing material in writing scientific umum mengenai bagian metode di dalam struktur jurnal ilmiah adalah ditulis secara umum dan tidak khas. Padahal, sebuah metode penelitian harus melaporkan prosedur yang ditempuh peneliti untuk menjalankan penelitiannya. Isinya tidak sama dengan penjelasan metode pada penelitian lain. Oleh karena itu paper ini bertujuan menjelaskan tentang pentingnya metode di dalam struktur penulisan artikel jurnal ilmiah. Secara khusus dipaparkan secara deskriptif dan topikal beberapa metode yang umum dirujuk dalam penelitian teologis. Kesimpulan yang diperoleh adalah, dengan pemahaman yang benar tentang metode penelitian, dosen atau peneliti dapat menghasilkan karya penelitian teologis yang dapat dipertanggungjawabkan validitasnya secara akademik. Kontribusi penelitian Paper ini memberikan wawasan kepada dosen dan peneliti di dalam menulis dan merumuskan metode dalam paper jurnal ilmiah dan menyumbang materi dalam penulisan karya TelnoniArtikel ini merupakan upaya memasukan pendidikan agama Kristen dalam membelajarkan kesetaraan gender pada anak sejak usia dini. Kesetaraan gender adalah sebuah kondisi di mana perempuan dan laki-laki menikmati status yang sama atau setara dan memiliki suatu kondisi yang sama serta mewujudkan hak-hak asasi secara penuh dan memiliki potensinya bagi pembangunan dalam segala bidang kehidupan. Dalam lingkungan masyarakat, kesetaraan gender masih menjadi sebuah masalah yang tren. Masyarakat pada umumnya memiliki pandangan bahwa laki-laki memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari perempuan. Artinya laki-laki dianggap lebih kuat dari perempuan, sedangkan perempuan adalah kaum yang lemah dan harus tunduk penuh pada laki-laki. Konsep tersebut sudah menjadi hal yang biasa pada masyarakat, walapun kaum perempuan telah memperjuangkan keadilan ini dengan berbagai macam cara tetapi hasilnya masih jauh dari harapan. Oleh karena itu, pendidikan agama Kristen memiliki peran yang sangat penting dalam membelajarkan kesetaraan gender pada anak sejak usia dini melalui pengajaran pendidikan agama Kristen di lingkungan keluarga, gereja, dan sekolah. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif yaitu menggunakan kajian-kajian ilmiah dan data kepustakaan yang mengacu sesuai masalah yang akan di kaji dalam artikel ini. Tujuan peran pendidikan agama Kristen dalam membelajarkan penyeteraan gender pada anak sejak usia dini di lingkungan keluarga, gereja, dan sekolah sebagai upaya untuk mengatasi masalah penyetaraan gender yang terjadi dalam lingkungan GunawanThis article with a title The Equality and Distinction Between Man and Woman A Critique to the Feminist Movement", will firstly discuss about the feminist movement comprehensively and afterward itu will discuss about the feminist movement within Christianity, gender-equality issues, as well as the distinction between man and woman from the view of Christian feminism. After these, it will be discussed gender-equality issues and the distinction between man and woman from the perspective of Reformed theology. Then a critique to the feminist movement within Christianity will be discussed. The finding of this article is that the feminist movement within Christianity has indeed grown a better appreciation for the woman, especially in the equality between man and woman wich is a reality. The consequence is the authority of the Bible is accused by this Christian feminist movement. KEYWORDS feminism, Christian feminism, equality, distinction, Reformed Masyarakat Desa tentang Kesetaraan Gender. Isu kesetaraan gender mulai merebak di Indonesia pada tahun 1990-an. Walaupun isu gender telah lama merebak di Indonesia, namun banyak orang yang masih salah mengartikan tentang konsep gender dan kesetaraan gender. Selain gender yang sering disamakan dengan arti seks jenis kelamin, kemudian salah arti lainnya dimana kesetaraan gender seolah-olah dianggap sebagai tindakan atau keinginan menomorsatukan perempuan yang ada di belahan dunia. Sebuah penelitian pada kelompok perempuan petani pedesaan di Jambi mengungkapkan bahwa pada awalnya masyarakat setempat sangat risih berbicara dengan kesetaraan beranggapan bahwa kesetaraan gender adalah hal yang tidak lazim dibicarakan, terlalu vulgar dan mendukung aliran liberalisasi serta sekularitas. Penulis memandang kesetaraan gender ini dapat dijunjung tinggi melalui perubahan pola pikir masyarakat yang berkembang saat ini. Pola pikir yang positif tentang kesetaraan gender akan membantu mengurangi kasus-kasus ketimpangan gender di Indonesia. Mengubah pola pikir masyarakat tentunya harus didasarkan pada pengetahuan masyarakat di daerah itu sosial khususnya bidang pekerja sosial feminis bertugas untuk mengubah pola pikir dan mengedukasi masyarakat baik kaum laki-laki maupun dari artikel ini bahwa masyarakat khususnya masyarakat pedesaan memerlukan tambahan pengetahuan tentang kesetaraan gender. Pemahaman tentang kesetaraan gender yang positif pada masyarakat memiliki banyak manfaatnya dalam kehidupan terutama untuk mengurangi kasus-kasus ketidakadilan gender dan permasalahan rumah tangga. Adapun yang menjadi dasar bagi pekerja sosial dalam melakukan intervensi ialah pendidikan, umur, dan sumber informasi di suatu daerah atau masyarakat KalintabuAbstrak Peran perempuan pada masa kini bukanlah sesuatu yang tabu untuk diperbincangkan. Tulisan ini memuat kajian tentang perempuan, feminisme, kesamaanesensial laki-laki dan perempuan, pandangan teologis tentang perempuan, dan peranannya dalam pendidikan agama Kristen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Yang bermaksud memahami suatu fenomena yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lainlain, secara holistik di dalam gereja. Cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Hasil dari penelitian ini adalah perempuan yang memiliki latar belakang Pendidikan Agama Kristen dapat berperan di dalam gereja sebagai pendeta Pendidikan Agama Kristen, pengajar, diaken, anggota di dalam badan atau komisi Pendidikan Agama Kristen, dan guru Sekolah Minggu. Ilmu pengetahuan tentang Pendidikan Agama Kristen yang dimiliki oleh kaum perempuan adalah anugerah Allah, yang sudahseharusnya untuk dikembangkan dan dipraktikkan di dalam Kunci Perempuan, Pendidikan Agama Kristen GerejaMinggus M. PranotoThis article highlights a critical question why is Pentecostal-Charismatic leadership vulnerable to various scandals? This model of leadership often exposes the dark side of leadership characterized by the issues of money, sex, and power. This study suggests that Pentecostal-Charismatic leaders are often trapped in the model of personalized charismatic leadership that is based on misinterpretation of the doctrine of being Spirit-filled. The method used in this article is that of practical theology relating the framework of socialized charismatic leadership to the theological concept of the church ekklesia as the body of Christ and the fellowship of the Holy Spirit. Abstrak Tulisan ini menyoroti pertanyaan kritis mengapa kepemimpinan Pentakostal-Karismatik rentan terkena berbagai skandal? Model kepemimpinan ini acap kali memunculkan sisi gelap kepemimpinan yang ditandai oleh masalah-masalah keuangan, seksual, dan kekuasaan. Kajian ini mengungkapkan bahwa para pemimpin Pentakostal-Karismatik seringkali terjebak dalam model personalized charismatic leadership yang didasari oleh penafsiran yang keliru atas doktrin being Spirit-filled. Metode tulisan ini termasuk dalam ranah teologi praktis yang mengaitkan kerangka berpikir socialized charismatic leadership dengan konsep teologis tentang gereja ekklesia sebagai tubuh Kristus dan persekutuan Roh IndrapangastutiPendidikan multikultural adalah sebuah konsep yang dibuat dengan tujuan untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua siswa yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya, dan untuk membantu semua siswa agar memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam menjalankan peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokratik-pluralistik serta diperlukan untuk berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi dengan warga dari kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama. Melalui pendidikan multikultural peserta didik diharapkan memiliki kompetensi yang baik, bersikap dan menerapkan nilai-nilai demokratis, humanisme dan pluralisme di sekolah dan di luar sekolah. Pendidikan multikultural diberikan kepada siswa SMK agar mereka memahami bahwa di dalam lingkungan mereka dan di lingkungan lain terdapat keragaman budaya yang berpengaruh terhadap tingkah laku, sikap, pola pikir manusia sehingga manusia tersebut memiliki cara-cara, kebiasaan, aturan-aturan bahkan adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Bila perbedaan itu tidak dapat dipahami dengan baik dan diterima dengan bijaksana, maka konflik akan mudah terjadi baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Penerapan konsep yang sistematis dalam mengatasi praktek dan problematik pembelajaran pendidikan multikultural yang bisa diterapkan di SMK, yaitu a meningkatkan peran seluruh warga sekolah, terutama guru dengan menggunakan panduan lima dimensi pendidikan multikultur dari Banks, b mengintegrasikan materi pendidikan multikultural ke dalam kurikulum ataupun pembelajaran di sekolah dengan menggunakan panduan empat pendekatan pendidikan multikultural dari Banks, dan c meningkatkan peran guru dalam pendidikan multikultural yaitu1 membangun paradigma keberagamaan inklusif di lingkungan sekolah, 2 menghargai keragaman bahasa di sekolah, 3 membangun sikap sensitif gender di sekolah, 4 membangun pemahaman kritis dan empati terhadap ketidakadilan serta perbedaan sosial, 5 membangun sikap anti diskriminasi etnis, 6 menghargai perbedaan kemampuan, dan 7 menghargai perbedaan kunci praktek dan problematik, pendidikan multikultural, SMK Alfian RokhmansyahKritik sastra feminis meletakan teori feminisme menjadi landasan dasar pemikiran. Feminisme muncul sebagai akibat adanya prasangka gender. Prasangka gender ini memandang perempuan sebagai makhluk kelas dua. Pemikiran seperti ini berdasar pada anggapan bahwa laki-laki berbeda dengan perempuan. Laki-laki dianggap lebih berperan dalam berbagai kegiatan, dan mempunyai kepentingan yang lebih besar daripada perempuan. Perbedaan ini tidak hanya tampak secara lahiriah, tetapi juga dalam struktur sosial budaya di masyarakat. Dengan demikian, kritik sastra feminis merupakan kritik ideologis terhadap cara pandang yang mengabaikan permasalahan ketimpangan dan ketidakadilan dalam pemberian peran dan identitas sosial berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Contents ISU-ISU GENDER 13 GENDER DAN FEMINISME 37 KRITIK SASTRA BERPERSPEKTIF FEMINIS 63
Bilakita berbicara tentang keadilan dan kesetaraan sumber yang paling tepat bagi agama Hindu adalah Kitab suci Weda (Suwira Satria, 2009;1). Weda sebagai kitab suci adalah sumber ajaran Hindu dan dari Weda yang merupakan kitab Sruti, mengalir nilai-nilai kebenaran yang kemudian dikembangkan dalam kitab-kitab Smrti seperti Itihasa, Purana, Tantra Darsana dan Tattwa-tattwa.
Lori Official Writer 7865 Efesus 6 13 Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 112; Lukas 24; Hakim-Hakim 11-12 Wanita manapun akan rentan jadi wanita korban luka hati dan perasaan. Bisa karena ucapan orang lain, perlakuan tidak adil dalam hubungan, tertekan karena gak punya kesempatan menggapai mimpinya dan lain sebagainya. Kamu mungkin pernah mengalaminya di masa lalu. Tapi hari ini, jangan mau hidup lagi sebagai korban. Sebagai wanita kamu harus tahu, Alkitab menyampaikan bahwa kita adalah para pengikut Kristus. Perjuangan kita bukan melawan darah dan daging, tapi melawan pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu dunia yang gelap dan melawan roh-roh jahat di udara Efesus 6 12. Ayat inilah yang mengingatkan aku supaya setiap wanita Tuhan harus menjadi pejuang, bukan menjadi sosok yang ketakutan dan hidup sebagai korban perasaan dan luka hati. Alkitab mengingatkan kita dalam Efesus 6 10-11 supaya jadi kuat di dalam Tuhan dan dalam kuasa-Nya yang perkasaโ€™ dan untuk mengenakan perlengkapan senjata Allah supaya kita dimampukan untuk melawan siasat si iblisโ€™. Alkitab bahkan menyampaikan dengan jelas tentang bagaimana kita mengenakan masing-masing perlengkapan senjata iman sesuai dengan fungsinya. โ€œโ€ฆdalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahatโ€ฆโ€ Efesus 6 16 Aku mulai berpikir, berapa banyak dari wanita-wanita Tuhan yang jatuh dalam jerat si iblis karena percaya dengan kebohongannya? Kadang kala dia akan membisikkan dalam hatimu seperti kalimat-kalimat ini Gak ada yang benar-benar mengasihimu. Kamu adalah seorang ibu yang menyedihkan. Suamimu tidak benar-benar mencintaimu, dia tak lagi menganggapmu. Kamu bilang kamu anak Tuhan? Tapi tindakanmu tidak! Kamu patut malu dengan masa lalumu. Semua orang tahu kalau kamu pura-pura. Akui saja! Kamu gak akan pernah bisa menjalani hidup yang bermakna dan penuh tujuan, jadi jangan tak perlu berharap! Semua kata-kata ini adalah kebohongan si iblis yang berusaha dilemparkan ke kita, menusuk pikiran kita dan membuat kita ragu akan diri kita sendiri. Si iblis mencoba meyakinkan kita kalau firman Tuhan adalah kebohongan dan setiap perkataan mereka benar. Tapi Alkitab mengingatkan kita untuk mengenakan perlengkapan senjata Allah sebagai pertahanan atas kebohongan, tuduhan dan siasat. Saat kita mengenakan perlengkapan senjata Allah, kita membungkus diri kita dalam karakter Kristus dan kita tinggal di dalam Dia. Kita harus mengencangkan sabuk kebenaran di pinggang kita. Karena itu melambangkan kebenaran di dalam Yesus Yohanes 14 6. Apa fungsi perlengkapan senjata Allah? Kita harus mengenakan baju zirah keadilan untuk menutupi hati kita dengan kebenaran Kristus Yeremia 23 6. Kita harus mengenakan perisai iman untuk memadamkan anak panah si iblis Mazmur 84 11. Kita harus memakai ketopong keselamatan untuk menjaga kepala dan pikiran kita di dalam Kristus. Kita harus memakai pedang Roh yaitu firman Tuhan Yohanes 1 14. Waktu si iblis mulai membisikkan kata-kata negatif tentang dirimu, jangan segan-segan untuk menyerangnya. Jangan jadi korban dan akhirnya dimangsa oleh kebohongannya. Sebaliknya, jadilah wanita pejuang. Percayalah dengan kebenaran firman Tuhan yang berkata tentang siapa kamu dan kuasa Tuhan di dalam dirimu. Berdirilah teguh dalam kebenaran. Cara termudah untuk menghadapi tuduhan dan serangan adalah memuji Tuhan dan berdoa. Jadilah seperti Ratu Ester yang tak mau menyerah dengan siasat jahat yang dia dengar. Dia adalah srikandi iman Tuhan. Hari ini, bertepatan dengan peringatan Hari Kartini, biarlah renungan ini semakin menguatkan para wanita di negeri ini bahwa kamu adalah sosok yang berharga dan berkenan dihadapan Tuhan. Teruslah berjuang dan jangan pernah jadi korban atas kondisi yang kamu alami. Hak cipta Cindi McMenamin, disadur dari Kamu diberkati dengan renungan harian kami? Mari dukung kami untuk terus memberkati lebih banyak orang melalui konten-konten terbaik di website ini. Yuk bergabung jadi mitra hari ini. DAFTAR DI SINI TafsirSurah An-Nisa Ayat 1: Menjalin Hubungan Baik Antara Laki-laki dan Perempuan. Allah memerintahkan untuk menjaga hubungan baik (arham) antara laki-laki dan perempuan. Banyak hadis yang menyebutkan ancaman bagi orang yang memutus hubungan baik (qath'uar-rahmi) dengan orang lain. A. Ade Pradiansyah 18 Februari 2020 9985.
Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free FEMINIS DALAM PERSPEKTIF ISLAM TELAAH ULANG AYAT-AYAT KESETARAAN GENDER Ihda Haraki Mahasiswa IAIN Madura/ Abstrak Kesetaraan gender merupakan diskursus yang tetap hangat diperbincangkan para feminis Muslim. Penggagas dan pendukung kesetaraan gender tidak jarang mempersoalkan hukum Islam yang dianggap kurang adil dalam memposisikan laki-laki dan perempuan secara berbeda seperti pembebanan azan, shalat Jumat, jumlah kambing saat aqiqah di satu sisi, dan pembebanan menyusui serta merawat anak di sisi yang lain. Artikel ini ingin meluruskan kesalahan dalam pemahaman kaum feminis Muslim tersebut. Teks Alquran dalam Islam bukanlah produk budaya, melainkan wahyu. Islam tidak memiliki sejarah penindasan terhadap kaum perempuan, bahkan memposisikan perempuan dalam posisi yang mulia. Perbedaan peran yang diberikan kepada laki-laki dan perempuan ditunjukan agar keduanya dapat bermanfaat secara maksimal di dunia, untuk saling bekerja sama dan melengkapi demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat Kata Kunci kesetaraan, gender, feminis, Islam, Alquran Abstract Gender equality is a discourse that is still warm to be discussed by Muslim feminist. Initiators and supporters of gender equality often questioned about Islamic laws that were considered to be unfair since they had positioned man and woman differently such as the obligatory for adhan call for prayer, the Friday prayers, the number of goats in aqiqah welcoming celebration of childโ€™s birth, and the compulsory of breastfeeding and caring for the child. This article wants to correct the errors in understanding these Muslim feminist. The text of the Qurโ€™an in Islam, was not a cultural product, but as a revelation of God to human being in the world. Historically, Islam never surpressed to woman, but it placed woman in a glorious position. Meanwhile, different roles given to man and woman were aimed at getting maximum benefits to the world so that they could work together and complement each other to achieve happiness in the world and the hereafter. Keywords gender, equality, feminist, Islam, Qurโ€™an 2 A. PENDAHULUAN Paling tidak sekitar satu abad feminisme menjadi kosakata paling hidup dalam perbincangan sehari-hari masyarakat dunia, termasuk dunia muslim. Istilah ini menunjuk pada suatu gerakan dan pemikiran yang mempertanyakan, mengkritik sekaligus menuntut pemenuhan atas hak-hak kemanusiaan kaum perempuan. kritisisme kaum feminis diarahkan kepada soal ketertindasan kaum perempuan, aliensi sosial dan perlakuan tidak adil serta kekerasan yang dialami mereka. Kebudayaan manusia selama berabad-abad telah menciptakan hubungan laki-laki dan perempuan yang timpang. Perempuan diperlakukan secara subordinat, the second class, dimarjinalkan dari peran-perannya sebagai makhluk sosial dan politik, hanya karena mereka memiliki tubuh perempuan. kaum feminis menggugat struktur kebudayaan dan ideologi yang disebut patriarkisme ini. Ideologi ini telah mendeterminasi laki-laki sebagai makhluk superior, pemegang otoritas yang mendefinisikan struktur sosial, budaya, ekonomi dan politik. Dunia dibangun dengan cara berpikir dan dalam perspektif laki-laki, atau lebih tepatnya maskulinitas. Sementara perempuan dalam ideologi ini selalu dipandang sebagai eksistensi yang rendah dan ditempatkan sebagai makhluk domestik dan untuk kepentingan seksualitas laki-laki. Ideologi patriarkis telah muncul sejak abad yang amat dini dalam sejarah peradaban manusia. Konon kisah kejatuhan Adam dari surga gara-gara Hawa; dianggap sebagai titik awal penindasan tersebut. Ia dihidupkan secara terus-menerus dari generasi ke generasi dan kurun waktu yang sangat panjang melalui teks-teks keagamaan dan mitologi-mitologi. Tak pelak, kondisi kebudayaan seperti ini kemudian melahirkan berbagai bentuk aturan, kebijakan, dan praktik-praktik diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan yang acap kali dianggap sebagai situasi dan praktik yang wajar dan baik-baik saja. Kaum feminis menemukan momentum paling signifikan bagi perjuangan mereka ketika ditemukan kata gender. Kata ini kemudian dijadikan sebagai sebuah alat analisis paling jitu untuk melihat ketimpangan relasi laki-laki dan perempuan tersebut berikut konsekuensi-konsekuensi dan implikasi-implikasi yang menyertainya. Melalui analisis ini kemapanan relasi timpang antara laki-laki dan perempuan didekonstruksi. Laki-laki dan perempuan menurut kacamata gender tidak bisa dibedakan. Dengan kata lain, laki-laki dan perempuan adalah sama dalam aspek ini. Keduanya dibedakan hanya dalam kaitannya dengan aspek biologisnya atau sex. Laki-laki dicirikan dengan penis dan perempuan dengan vagina. Ini sebagai contoh belaka dari terminologi sex. Aspek ini bersifat permanen, kodrat, given dan karena itu universal. Berbeda dari kategori seks, dalam aspek gender, kedua jenis kelamin ini memiliki potensi kemanusiaan yang sama. Perbedaan mereka dalam aspek ini bersifat konstruksional dan kontekstual. Atas dasar ini 3 perempuan sebagaimana laki-laki memiliki kemampuan untuk melakukan peran-peran sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Perbedaan dalam aspek biologis atau seks tidak mempunyai dasar untuk pembenaran pembedaan dalam aspek peran-peran gender. Oleh karena itu perempuan seharusnya memiliki hak-hak dan akses kehidupan yang sama dengan kaum laki-laki. Kesadaran tentang hal ini merupakan mekanisme paling strategis bagi perubahhan cara pandang masyarakat terhadap relasi laki-laki dan perempuan. inilah yang belakangan secara gegap gempita disosialisasikan dan diperjuangkan para aktifis feminis dalam kerangka mencapai dan mewujudkan cita-cita keadilan manusia secara menyeluruh. Para feminis muslim cukup menyadari bahwa kondisi yang dialami oleh para perempuan, khususnya di negara-negara Islam, bukanlah tanpa sebab. Oleh karena itu, mereka mencoba mengkaji dan mengarahkan perhatian kepada sumber yang menyebabkan terjadinya ketimpangan terhadap kaum perempuan. karena umat Islam sangat memegang teguh ajaran Islam sebagai landasan filosofinya, maka sumber utama ajaran dalam Islam, yaitu Alquran dan hadis. Para feminis menyadari bahwa penting untuk melakukan pendekatan studi dan kajian-kajian, juga reinterpretasi terhadap sumber utama tersebut. Ini disebabkan cara berpikir dan tindakan seorang Muslim dalam kehidupannya, serta kesadaran tentang apa yang sedang dihadapi oleh kaum perempuan tidak lepas dari penafsiran Alquran dan hadis. Sementara beberapa ayat dan hadis secara lahiriah terkadang lebih memihak laki-laki dan menindas perempuan. Keterkaitan antara penafsir Alquran dengan cara pandang Muslim tersebut menghasilkan produk penafsiran yang bias laki-laki sehingga terjadi pengekangan norma-norma keadilan dan sifat egaliter yang menjadi hak perempuan, yang diatasnamakan sebagai sebuah dogma agama atau dari ajaran Alquran. Berangkat dari asumsi di atas dapat disimpulkan bahwa diskriminasi perempuan salah satu faktornya adalah disebabkan oleh penafsiran-penafsiran yang bias patriarki dan tidak memberikan porsi keadilan dan hak-hak perempuan dalam kesetaraan. B. ISI 1. Feminisme dan Gender Kata feminisme berasal dari bahasa latin femina, yang kemudian disadur dalam bahasa Inggris menjadi feminine, yang berarti sesuatu yang berhubungan dengan gadis atau wanita. Kata feminine kemudian digabung dengan kata ism aliran sehingga menjadi feminism, yang berarti keadaan keperempuanan, atau dapat pula berarti paham keperempuanan Echol & Shadily, 1995. Dalam perkembangannya, secara konseptual feminisme dipakai untuk menunjuk suatu teori persamaan kelamin sexual equality, dan secara historis istilah tersebut muncul pertama kali pada tahun 1895 dan sejak itu pula feminisme dikenal secara luas Zulaiha, 2016. 4 Biasanya, kata feminisme dikaitkan dengan kata gender. Dalam usaha emansipasi kaum perempuan gerakan feminisme, diperlukan pemahaman terhadap konsep gender, sebab saat ini masih terjadi kesalahpahaman tentang gender dan upaya emansipasi tersebut Fakih, 2001. Untuk mengetahui relasi antara gender dan feminisme, maka harus dibedakan terlebih dahulu antara pengertian tentang gender dan sex. Terminologi sex biasanya dikaitkan dengan perbedaan biologis, yakni perbedaan jenis kelamin, yang merupakan kodrat dari Tuhan, oleh karenanya secara permanen berbeda. Terminologi gender dikaitkan dengan perbedaan perilaku behavioral differences antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sodial, yakni perbedaan yang bukan kodrat atau ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia laki-laki dan perempuan melalui proses sosial dan kultural yang panjang Fakih, 2001. Dalam terminologi yang dipakai secara sosial, feminisme mengacu pada kata gender bukan kata sex. Artinya adalah bahwa pembedaan dalam feminisme merupakan pembedaan yang tercipta karena pengaruh konstruksi sosial. Secara historis, kata feminisme pertama kali muncul pada tahun 1859. Feminisme merupakan konsep yang muncul dan mengalami keterkaitan dengan dengan perubahan sosial sosial change, teori-teori pembangunan, kesadaran politik dan gerakan pembebasan kaum perempuan. Dengan luasnya dan terus berkembangnya, rumusan konseptual feminisme dapat dikatakan bukan merupakan state of being melainkan state of becoming yang bersifat dinamis. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh perbedaan realitas sosio-kultural yang senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan zamannya, atau situasi politik yang melatarbelakangi lahirnya gerakan tersebut. Termasuk berbagai jenis aliran feminisme turut mewarnai adanya adanya perumusan konsep tersebut. Bahkan bila titinjau dari berbagai alirannya, feminisme akan lebih meluas karena tidak terbatas pada konsep melainkan pada gerakan Anshori, 1997. Berbagai aneka sebutan yang dapat disandangkan kepada feminisme menunjukkan bahwa pengertian feminisme menjadi multifaces. Oleh karena itu, sesungguhnya tidak mudah merumuskan definisi feminisme yang dapat diterima dan diterapkan oleh semua feminis dalam setiap masa dan tempat. Feminisme harus didefinisikan secara luas agar tidak terjadi kesalahpahaman atau bahkan ketakutan terhadap gerakan feminisme yang bisa saja dikarenakan oleh ketidakpahaman akibat gambaran yang kurang tepat. Mereka menandaskan feminisme merupakan suatu kesadaran atas adanya penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja, maupun di dalam keluarga. Serta tindakan sadar oleh laki-laki maupun perempuan untuk mengubah keadaan tersebut Bashin & Khan, 1995. 5 2. Pengaruhnya terhadap Islam Bila ditelusuri sejak awal, sesungguhnya pola-pola yang diperjuangkan oleh kaum feminis sudah ada dalam awal Islam, yang tentunya di zaman Rasulullah. Islam datang untuk menyelamatkan kaum perempuan dan umat manusia dari praktik-praktik yang bertentangan dengan hakikat kemanusiaan seperti itu. Islam mengecam keras tradisi penguburan hidup-hidup anak perempuan, memberikan aturan dan tata cara pernikahan secara jelas, serta mengatur secara jelas hak perempuan untuk mendapatkan warisan. Namun demikian, dalam ensiklopedi The Oxford Encyclopedia of Modern Islamic World, dikatakan bahwa feminisme modern dikenal di Islam sejak awal abad 20, meskipun mereka barangkali tidak menggunakan istilah itu. Pemikiran feminisme di dunia Islam dapat dilacak melalui pemikiran-pemikiran Aisha Taymuriyah penulis dan penyair muslim, Zainab Fawwaz esays Libanon, Rokeya Sakhawat Hossain, Nazar Haydar, Emilie Ruete Zanzibar, Huda Shawari, Malak Hifni Nasir, Nabawiyah Musa dari Mesir dan Fame Aliye dari Turki Badran, 1995. Mereka dikenal sebagai para tokoh perintis dalam menumbukan kesadaran atas persoalan gender, termasuk melawan kebudayaan dan ideologi masyarakat yang hendak menghalangi kebebasan perempuan. Di Indonesia, gerakan feminisme juga muncul pada awal abad 20. Kartini merupakan tokoh feminis yang pertama kali muncul. Namun demikian, sebagai sebuah istilah yang mapan secara keilmuan, feminisme di Indonesia banyan dikaji sejak awal 1970-an. Walaupun hingga akhir 1980, orang masih kurang begitu respect terhadap istilah tersebut. Masih banyak orang yang menganggap bahwa feminisme adalah gerakan perempuan yang menolak laki-laki anti perkawinan, perusak keluarga, tidak mau memiliki anak, lesbi, dan sebagainya Rachman, 2002. Dalam perkembangannya, pada tahun 1990, istilah feminisme sudah diterima terutama sejak diterbitkannya beberapa buku terjemahan dari para tokoh Muslim, seperti buku dari Riffat Hasan, Fatima Mernisi, Amina Wadud, dan Asghar Ali Engineer Rachman, 2002. 3. Perspektif Kaum Feminis dalam Menafsirkan Ayat Gender Salah satu ayat yang banyak digugat kaum feminis adalah kepemimpinan dalam rumah tangga sebagaimana yang disebutkan dalam Alquran surat An-Nisaโ€™ ayat 34 ๎€ƒ๎ƒˆ๎ƒ€๎ƒŒ๎ˆ‚๎ƒ‰๎‡ท๎‚ฆ๎„‹๎ˆ‚๎ƒˆ๎‚บ๎‡ซ๎€ƒ๎ƒ‰๎‚พ๎†ข๎ƒˆ๎†ณ๎ƒŠ๎ƒ‹๎‡‚๎‡ณ๎ƒˆ๎‚ฆ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒŠ๎‚ ๎†ข๎ƒˆ๎‡ˆ๎ƒŠ๎ƒ‹๎‡ผ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ๎ˆ„๎ƒˆ๎‡ด๎ƒˆ๎‡Ÿ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒ‰๎ƒ™๎ƒ‹๎‰๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒˆ๎‡ฒ๎„‹๎‡”๎ƒˆ๎‡ง๎†ข๎ƒˆ๎ƒŠ๎… ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒŒ๎‡ถ๎ƒ‰๎ˆ€๎ƒˆ๎‡”๎ƒŒ๎‡ ๎ƒˆ๎‚บ๎†ฅ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒ‡๎‡’๎ƒŒ๎‡ ๎ƒˆ๎‚บ๎†ฅ๎€ƒ๎ˆ„๎ƒ™๎‡ด๎ƒˆ๎‡Ÿ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎†ข๎ƒˆ๎ƒŠ๎… ๎„‹๎ƒ‚๎€ƒ๎€ƒ๎ƒŒ๎‡บ๎ƒŠ๎‡ท๎€ƒ๎‚ฆ๎ˆ‚๎ƒ‰๎‡ฌ๎ƒˆ๎‡จ๎ƒŒ๎‚บ๎‡ป๎ƒˆ๎‚ฆ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒŒ๎‡ถ๎ƒŠ๎ƒŠ๎…ฎ๎‚ฆ๎ƒˆ๎ˆ‚๎ƒŒ๎‡ท๎ƒˆ๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒ‰๎†ช๎ƒ™๎†ธ๎ƒŠ๎‡ด๎ƒ™๎ƒ‹๎‡๎‡ณ๎†ข๎ƒˆ๎‡ง๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒ†๎†ช๎ƒ™๎†ฌ๎ƒŠ๎‡ผ๎ƒ™๎‡ซ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒ†๎†ช๎ƒ™๎‡œ๎ƒŠ๎‡จ๎ƒ™๎†ท๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒŠ๎†ค๎ƒŒ๎ˆˆ๎ƒˆ๎‡ค๎ƒŒ๎‡ด๎ƒŠ๎ƒ‹๎‡ณ๎€ƒ๎†ข๎ƒˆ๎ƒŠ๎… ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒ‰๎ƒ™๎ƒ‹๎‰๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒˆ๎‡š๎ƒŠ๎‡จ๎ƒˆ๎†ท๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ ๎ƒŠ๎…–๎ƒ™๎ƒ‹๎‡ณ๎‚ฆ๎ƒˆ๎ƒ‚๎€ƒ๎€ƒ๎ƒˆ๎ƒ€๎ˆ‚๎ƒ‰๎‡ง๎†ข๎ƒˆ๎ƒˆ๎…ฃ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎„‹๎‡บ๎ƒ‰๎‡ฟ๎ƒˆ๎‚ฑ๎ˆ‚๎ƒ‰๎‡Œ๎ƒ‰๎‡ป๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎„‹๎‡บ๎ƒ‰๎‡ฟ๎ˆ‚๎ƒ‰๎‡œ๎ƒŠ๎‡ ๎ƒˆ๎‡ง 6 ๎€ƒ๎ƒ‰๎‡ฟ๎ˆ‚๎ƒ‰๎†ฅ๎ƒŠ๎‡‚๎ƒŒ๎‡“๎‚ฆ๎ƒˆ๎ƒ‚๎€ƒ๎ƒŠ๎‡ž๎ƒŠ๎†ณ๎†ข๎ƒˆ๎‡”๎ƒˆ๎‡ธ๎ƒŒ๎‡ณ๎‚ฆ๎€ƒ ๎ƒŠ๎„พ๎€ƒ๎„‹๎‡บ๎ƒ‰๎‡ฟ๎ƒ‚๎ƒ‰๎‡‚๎ƒ‰๎†ด๎ƒŒ๎‡ฟ๎‚ฆ๎ƒˆ๎ƒ‚๎€ƒ๎†ข๎„๎ˆˆ๎ƒŠ๎‡ด๎ƒˆ๎‡Ÿ๎€ƒ๎ƒˆ๎ƒ€๎†ข๎ƒˆ๎‡ฏ๎€ƒ๎ƒˆ๎ƒ™๎ƒ‹๎‰๎‚ฆ๎€ƒ๎„‹๎ƒ€๎ƒŠ๎‚ฆ๎€ƒ ๎ƒ…๎ˆ๎ˆˆ๎ƒŠ๎†ฆ๎ƒˆ๎‡‡๎€ƒ๎„‹๎‡บ๎ƒŠ๎ˆ€๎ƒŒ๎ˆˆ๎ƒˆ๎‡ด๎ƒˆ๎‡Ÿ๎€ƒ๎‚ฆ๎ˆ‚๎ƒ‰๎‡ค๎ƒŒ๎‚บ๎†ฆ๎ƒˆ๎‚บ๎†ซ๎€ƒ ๎ƒˆ๎ˆ๎ƒˆ๎‡ง๎€ƒ๎ƒŒ๎‡ถ๎ƒ‰๎‡ฐ๎ƒˆ๎‡ผ๎ƒŒ๎‡ ๎ƒˆ๎‡—๎ƒˆ๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒŒ๎ƒ€๎ƒŠ๎†ข๎ƒˆ๎‡ง๎€ƒ๎„‹๎‡บ๎‚ฆ๎ƒ…๎…š๎ƒŠ๎†ฆ๎ƒˆ๎‡ฏ Artinya Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka laki-laki atas sebahagian yang lain wanita, dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkan mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. Mereka menolak jika ayat itu diartikan sebagai keharusan laki-laki sebagai pemimpin rumah tangga. Bagi mereka, penempatan wanita sebagai pihak terpimpin adalah konsep budaya, bukan hal yang kodrati Husaini & Husni, 2015. Amina Wadud menulis tentang hal ini โ€œSeorang wanita yang lebih independen dan berwawasan luas mungkin akan lebih baik dalam memimpi suatu bangsa menuju upaya masa depan mereka. Demikian juga, seorang suami mungkin saja lebih sabar terhadap anak-anak. Jika tidak selamanya, maka mungkin secara temporer, misalnya ketika istri jatuh sakit, suami harus dibolehkan untuk melaksanakan tugas. Sebagaimana kepemimpinan adalah bukan karakteristik abadi dari semua laki-laki, begitupun perawatan anak bukan karakteristik abadi dari semua wanitaโ€. Amina Wadud adalah salah satu contoh feminis yang yang berusaha menerapkan konsep โ€œkesetaraan genderโ€ dengan cara menafsirkan ulang ayat-ayat yang dianggap merugikan perempuan. Dalam perspektifnya, banyak hukum Islam yang selama ini diterapkan di tengah masyarakat Islam adalah hasil konstruksi kaum laki-laki. Wadud ingin membuat konstruksi hukum baru dalam perspektif dan kepentingan perempuan. Pendukung ide kesetaraan gender memandang hukum-hukum Islam yang membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan perlu ditinjau kembali, karena hal itu termasuk dalam kategori โ€œbias genderโ€ dan menindas perempuan. Dalam aspek ibadah misalnya, dipersoalkan mengapa azan harus dilakukan oleh laki-laki; mengapa perempuan tidak boleh menjadi imam shalat bagi laki-laki; mengapa dibedakan cara mengingatkan imam yang salah bagi makmum laki-laki dan makmum perempuan; mengapa shaf perempuan harus di belakang; mengapa imam dan khatib shalat Jumat harus laki-laki. Pembedaan jumlah kambing aqiqah bagi anak laki-laki dan perempuan juga turut dipertanyakan. Dalam masalah haji, dipersoalkan keharusan perempuan ditemani oleh mahramnya, sedangkan laki-laki tidak. Juga, terkait pembedaan pakaian ihram bagi jamaah haji laki-laki 7 dan perempuan. Dalam urusan rumah tangga, dipermasalahkan keharusan istri untuk meminta izin suami jika hendak keluar rumah. Juga, ketiadaan talak bagi perempuan. โ€œTalak seharusnya merupakan hak suami dan istri, artinya kalau memang suami berbuat salah selingkuh, istri punya hak menalak suami.โ€ Selain itu, mereka juga menggugat tugas seorang ibu untuk menyusui dan mengasuh anak-anaknya. โ€œSeorang ibu hanya wajib melakukan hal-hal yang sifatnya kodrati seperti mengandung dan melahirkan. Sedangkan hal-hal yang bersifat di luar kodrati itu dapat dilakukan oleh seorang bapak. Seperti mengasuh, menyusui dapat diganti dengan susu formula, membimbing, merawat dan membesarkan, memberi makan dan minum, serta menjaga keselamatan keluarga.โ€ Selain itu, peranan dan kontribusi para perempuan istri dapat dilihat dari banyaknya waktu yang dicurahkan untuk setiap kegiatan yang dilakukan baik pada kegiatan produktif, reproduktif maupun kegiatan sosial Ariwidodo, 2016. Akan tetapi, hal itu jarang sekali diperhitungkan di kalangan masyarakat umum. Kecurigaan terhadap agama telah mengaburkan pikiran rasional yang lurus. Perumpamaan seorang anak, ketika orang tua mewajibkan anak lain mencuci piring sedangkan ia dibebaskan dari tugas tersebut, pastilah sang anak merasa sangat senang. Oleh karena itu, protes atau pembebasan kewajiban azan bagi perempuan ataupun aqiqah cukup satu kambing merupakan keberatan yang tidak masuk akal. Allah memberi kaum perempuan tugas lain sesuai kodratnya. Salah satunya adalah menyusui, karena Allah mengaruniai wanita sepasang payudara untuk tugas tersebut. 4. Telaah Ulang Ayat-ayat Kesetaraan Gender Perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah sesuatu yang menjadi kepastian. Karena perbedaan sudah menjadi kodrat yang sudah termaktub dalam Alquran. perbedaan tersebut dari segi biologis antara laki-laki dan perempuan. Dalam pandangan Islam, Allah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan kodrat. Sebagaimana yang disebutkan dal Alquran surat Al-Qamar ayat 49 ๎€ƒ๎ƒ‡๎‚ฐ๎ƒˆ๎†พ๎ƒˆ๎‡ฌ๎ƒŠ๎†ฅ๎€ƒ๎ƒ‰๎‡พ๎ƒ™๎‡ผ๎ƒŒ๎‡ฌ๎ƒˆ๎‡ด๎ƒˆ๎†ป๎€ƒ๎ƒ‡๎‚ ๎ƒŒ๎ˆ†๎ƒˆ๎‡‹๎€ƒ๎„‹๎‡ฒ๎ƒ‰๎‡ฏ๎€ƒ๎„‹๎Šญ๎ƒŠ๎‚ฆ Artinya sesungguhnya sesuatu Kami ciptakan dengan qadar. Oleh para pakar, qadar berarti ukuran-ukuran atau sifat-sifat yang ditetapkan oleh Allah bagi segala sesuatu. Dalam hal itulah yang dimaksudkan dalam istilah kodrat. Dengan demikian laki-laki maupun perempuan, sebagai makhluk individu dan jenis kelamin memiliki kodratnya masing-masing Wartini, 2013. Selain itu, Allah juga memberikan keistimewaan pada keduanya. Seperti yang disebutkan dalam Alquran surat An-Nisaโ€™ ayat 32 8 ๎€ƒ๎ƒŠ๎‡พ๎ƒŠ๎†ฅ๎€ƒ๎ƒ‰๎ƒ™๎ƒ‹๎‰๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒˆ๎‡ฒ๎„‹๎‡”๎ƒˆ๎‡ง๎€ƒ๎†ข๎ƒˆ๎‡ท๎€ƒ๎‚ฆ๎ƒŒ๎ˆ‚๎„‹๎‚บ๎‡ผ๎ƒˆ๎‡ธ๎ƒˆ๎†ฌ๎ƒˆ๎‚บ๎†ซ๎€ƒ ๎ƒˆ๎ˆ๎ƒˆ๎ƒ‚๎€ƒ๎€ƒ๎€‘๎ƒ‡๎‡’๎ƒŒ๎‡ ๎ƒˆ๎‚บ๎†ฅ๎€ƒ๎ˆ„๎ƒ™๎‡ด๎ƒˆ๎‡Ÿ๎€ƒ๎ƒŒ๎‡ถ๎ƒ‰๎‡ฐ๎ƒˆ๎‡”๎ƒŒ๎‡ ๎ƒˆ๎‚บ๎†ฅ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎†ข๎„‹๎ƒŠ๎ƒ‹๎…ฒ๎€ƒ๎ƒ†๎†ค๎ƒŒ๎ˆˆ๎ƒŠ๎‡๎ƒˆ๎‡ป๎€ƒ๎†ข๎ƒˆ๎†ณ๎ƒŠ๎ƒ‹๎‡‚๎‡ด๎ƒŠ๎‡ณ๎€ƒ๎€ƒ๎€‘๎‚ฆ๎ˆ‚๎ƒ‰๎†ฆ๎ƒˆ๎‡ˆ๎ƒˆ๎†ฌ๎ƒŒ๎‡ฏ๎‚ฆ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎ƒŠ๎‚ ๎†ข๎ƒˆ๎‡ˆ๎ƒŠ๎ƒ‹๎‡ผ๎‡ด๎ƒŠ๎‡ณ๎ƒˆ๎ƒ‚๎†ข๎ƒ…๎‡ธ๎ˆˆ๎ƒŠ๎‡ด๎ƒˆ๎‡Ÿ๎€ƒ๎ƒ‡๎‚ ๎ƒŒ๎ˆ†๎ƒˆ๎‡‹๎€ƒ๎ƒŠ๎ƒ‹๎‡ฒ๎ƒ‰๎‡ฐ๎ƒŠ๎†ฅ๎€ƒ๎ƒˆ๎ƒ€๎†ข๎ƒˆ๎‡ฏ๎€ƒ๎ƒˆ๎ƒ™๎ƒ‹๎‰๎‚ฆ๎€ƒ๎„‹๎ƒ€๎ƒŠ๎‚ฆ๎€ƒ๎€‘๎ƒŠ๎‡พ๎ƒŠ๎‡ด๎ƒŒ๎‡”๎ƒˆ๎‡ง๎€ƒ๎ƒŒ๎‡บ๎ƒŠ๎‡ท๎€ƒ๎ƒˆ๎ƒ™๎ƒ‹๎‰๎‚ฆ๎ˆ‚๎ƒ‰๎‡ด๎ƒˆ๎‚บ๎† ๎ƒŒ๎‡‡๎ƒˆ๎ƒ‚๎€ƒ๎€‘๎ƒˆ๎ƒŒ๎…‘๎ƒˆ๎‡ˆ๎ƒˆ๎†ฌ๎ƒŒ๎‡ฏ๎‚ฆ๎€ƒ๎†ข๎„‹๎ƒŠ๎ƒ‹๎…ฒ๎€ƒ๎ƒ†๎†ค๎ƒŒ๎ˆˆ๎ƒŠ๎‡๎ƒˆ๎‡ป Artinya janganlah kamu iri hati terhadap keistimewaan yang dianugerahkan Allah terhadap sebagian kamu atas sebagian yang lain, laki-laki mempunyai hak atas apa yang diusahakannya dan perempuan juga mempunyai hak atas apa yang diusahakannya. Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa perbedaan yang sudah diciptakan oleh Allah terhadap laki-laki dan perempuan, menyebabkan adanya fungsi utama yang harus mereka emban masing-masing. Oleh karena itu, laki-laki dan perempuan berbeda atas dasar fungsi dan berbeda-beda dalam tugas yang diemban. Laki-laki dan perempuan juga memperoleh kesamaan hak, atas apa yang diusahakannya atau sesuai dengan apa yang menjadi kewajibannya. Perbedaan biologis manusia tidak menjadikan perbedaan atas potensi yang diberikan oleh Allah kepada manusia, baik laki-laki maupun perempuan. keduanya memiliki tingkat kecerdasan dan kemampuan berpikir yang sama yang dianugerahkan oleh Allah. Di dalam Alquran, Allah memuji Ulil Albab, yaitu yang berzikir dan memikirkan tentang kejadian dan bumi. Zikir dan pikir yang mengantarkan manusia untuk menyingkap rahasia-rahasia alam semesta. Ulil Albab tidak terbatas dalam laki-laki tetapi juga untuk perempuan. karena setelah Alquran menguraikan ayat-ayat yang membahas sifat-sifat ulul abab, berikutnya Alquran menegaskan dalam surat Ali-Imran ayat 195 ๎€ƒ๎ƒŠ๎ƒ‹๎‡ท๎€ƒ๎ƒŒ๎‡ถ๎ƒ‰๎‡ฐ๎ƒ‰๎‡”๎ƒŒ๎‡ ๎ƒˆ๎‚บ๎†ฅ๎€ƒ๎€ƒ๎‚๎ˆ„๎ƒ™๎†ฐ๎ƒŒ๎‚บ๎‡ป๎ƒ‰๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒŒ๎ƒ‚๎ƒˆ๎‚ฆ๎ƒ‡๎‡‚๎ƒˆ๎‡ฏ๎ƒˆ๎‚ฏ๎€ƒ๎ƒŒ๎‡บ๎ƒŠ๎ƒ‹๎‡ท๎€ƒ๎ƒŒ๎‡ถ๎ƒ‰๎‡ฐ๎ƒŒ๎‡ผ๎ƒŠ๎ƒ‹๎‡ท๎€ƒ๎ƒ‡๎‡ฒ๎ƒŠ๎‡ท๎†ข๎ƒˆ๎‡Ÿ๎€ƒ๎ƒˆ๎‡ฒ๎ƒˆ๎‡ธ๎ƒˆ๎‡Ÿ๎€ƒ๎ƒ‰๎‡ž๎ˆˆ๎ƒŠ๎‡“๎ƒ‰๎‚ฆ๎€ƒ ๎ƒˆ๎ˆ๎€ƒ ๎ƒŠ๎ƒ‹๎…ˆ๎ƒˆ๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒŒ๎‡ถ๎ƒ‰๎ˆ€๎„Œ๎‚บ๎†ฅ๎ƒˆ๎‚ฐ๎€ƒ๎ƒŒ๎‡ถ๎ƒ‰๎ƒˆ๎…ฎ๎€ƒ๎ƒˆ๎‚ง๎†ข๎ƒˆ๎†ด๎ƒˆ๎†ฌ๎ƒŒ๎‡‡๎†ข๎ƒˆ๎‡ง๎€ƒ๎ƒ‡๎‡’๎ƒŒ๎‡ ๎ƒˆ๎‚บ๎†ฅ๎€ƒ๎ƒŒ๎‡บ Artinya maka Tuhan mereka mengabulkan permintaan mereka dengan firman Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan. karena sebagian kamu adalah keturunan dari sebagian yang lain.โ€ Dengan demikian, kaum perempuan setara dan sejajar dengan kaum laki-laki dalam potensi intelektualnya. Sebagaimana kaum laki-laki, perempuan mempunyai kemampuan berpikir, mempelajari, dan mengamalkan apa yang mereka hayati dan bertafakur serta bezikir kepada Allah. Selain itu juga dari yang mereka pikirkan tentang alam semesta ini. Laki-laki dan perempuan juga sama dan setara di hadapan Allah. Memang dalam Alquran terdapat ayat yang berbicara tentang laki-laki sebagai pemimpin para perempuan, akan tetapi kepemimpinan tersebut tidak boleh mengantarkan kepada kesewenang-wenangan. Karena Alquran di satu sisi memerintahkan untuk tolong-menolong antara laki-laki dan perempuan. Pada sisi yang lain Alquran juga memerintahkan untuk 9 berdiskusi dan musyawarah dalam persoalan mereka. Tugas kepemimpinan itu selintas adalah sebagai sebuah keistimewaan dan โ€œderajat yang tinggiโ€ dari perempuan. namun derajat itu adalah kebesaran hati suami terhadap istrinya untuk meringankan sebagian kewajiban-kewajibannya. Persamaan antara laki-laki dan perempuan , juga persamaan antar bangsa, suku, dan keturunan, adalah pokok ajaran dan prinsip utama dalam ajaran Islam. Dalam Alquran, Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 13 ๎€ƒ๎ƒŒ๎‡ฏ๎ƒˆ๎‚ฆ๎€ƒ๎„‹๎ƒ€๎ƒŠ๎‚ฆ๎€ƒ๎€ƒ๎€‘๎‚ฆ๎ˆ‚๎ƒ‰๎‡ง๎ƒˆ๎‚ฐ๎†ข๎ƒˆ๎‡ ๎ƒˆ๎‚บ๎†ฌ๎ƒŠ๎‡ณ๎€ƒ๎ƒˆ๎‡ฒ๎ƒŠ๎†Ÿ๎†ข๎ƒˆ๎†ฆ๎ƒˆ๎‚บ๎‡ซ๎ƒˆ๎ƒ‚๎€ƒ๎ƒ…๎Šช๎ƒŒ๎ˆ‚๎ƒ‰๎‡ ๎ƒ‰๎‡‹๎€ƒ๎ƒŒ๎‡ถ๎ƒ‰๎‡ฐ๎ƒ™๎‡ผ๎ƒŒ๎‡ด๎ƒˆ๎‡ ๎ƒˆ๎†ณ๎ƒˆ๎ƒ‚๎€ƒ๎ˆ„๎ƒ™๎†ฐ๎ƒŒ๎‚บ๎‡ป๎ƒ‰๎‚ฆ๎€ƒ๎„‹๎ƒ‚๎€ƒ๎ƒ‡๎‡‚๎ƒŠ๎‡ฏ๎ƒˆ๎‚ฏ๎€ƒ๎ƒŒ๎‡บ๎ƒŠ๎ƒ‹๎‡ท๎€ƒ๎ƒŒ๎‡ถ๎ƒ‰๎‡ฐ๎ƒ™๎‡ผ๎ƒŒ๎‡ฌ๎ƒˆ๎‡ด๎ƒˆ๎†ป๎„‹๎Šญ๎ƒŠ๎‚ฆ๎€ƒ๎ƒ‰๎‚ฒ๎†ข๎„‹๎‡ผ๎‡ณ๎‚ฆ๎†ข๎ƒˆ๎ˆ€๎„Œ๎‚บ๎ˆ‡๎ƒˆ๎ƒ™๎Šฎ๎€ƒ๎ƒˆ๎†พ๎ƒŒ๎‡ผ๎ƒŠ๎‡Ÿ๎€ƒ๎ƒŒ๎‡ถ๎ƒ‰๎‡ฐ๎ƒˆ๎‡ท๎ƒˆ๎‡‚๎€ƒ๎ƒ†๎‡‚๎ƒŒ๎‚บ๎ˆˆ๎ƒŠ๎†ฆ๎ƒˆ๎†ป๎€ƒ๎ƒ†๎‡ถ๎ƒŒ๎ˆˆ๎ƒŠ๎‡ด๎ƒˆ๎‡Ÿ๎€ƒ๎ƒˆ๎ƒ™๎ƒ‹๎‰๎‚ฆ๎€ƒ๎„‹๎ƒ€๎ƒŠ๎‚ฆ๎€ƒ๎€‘๎ƒŒ๎‡ถ๎ƒ‰๎‡ฐ๎‚บ๎ƒ™๎‡ฌ๎ƒŒ๎‚บ๎†ซ๎ƒˆ๎†ข๎ƒŠ๎ˆ€๎ƒ™๎ƒ‹๎‡ด๎‡ณ๎‚ฆ Artinya hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal. Ayat di atas menegaskan tinggi rendah derajat seseorang ditentukan oleh nilai pengabdian dan ketakwaan kepada Allah. Oleh karena itu, dalam ajaran Islam, laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan yang mendasar dan substansial dalam beberapa hal utama seperti asal kejadian, hak-haknya dalam berbagai bidang, dan kedudukan serta perannya, tugas lagi tanggung jawabnya. Dalam tafsir al-Misbah, Quraish Shihab menyatakan penafsiran ayat-ayat tentang penciptaan perempuan Hawa yang berasal dari tulang rusuk laki-laki Adam sesungguhnya adalah sebuah ide yang mempengaruhi. Seperti yang pernah diutarakan oleh Rasyid Ridha, bahwa ide tentang kisah Adam dan Hawa seperti itu adalah berasal dari kitab perjanjian lama. Dan sesungguhnya Alquran tidak pernah memuat ide tersebut secara eksplisit di dalam redaksi ayat-ayatnya. Justru Alquran diturunkan dalam rangka mengikis segala perbedaan yang membedakan laki-laki dan perempuan, khususnya dalam bidang kemanusiaan. Sedangkan hak-hak perempuan, baik hak di luar rumah, hak memperoleh pendidikan, hak politik dan sebagainya, setara dan sederajat dengan hak yang dimiliki oleh kaum laki-laki. Demikian juga dengan kewajiban dan peran perempuan, Alq uran tidak mendeskriminasi perempuan, dan membicarakan hal itu semua dalam konteks keadilan dan kesetaraan. C. PENUTUP Pada hakikatnya Alquran diturunkan dalam rangka mengikis segala perbedaan yang yang membedakan laki-laki dan perempuan, khususnya dalam bidang kemanusiaan. Sedangkan hak-hak perempuan baik hak di 10 luar rumah, hak memperoleh pendidikan, hak politik, dan sebagainya setara dan sederajat dengan hak yang dimiliki kaum laki-laki. Alquran tidak mendeskriminasi perempuan, dan membicarakan hal itu semua dalam konteks keadilan dan kesetaraan. Dari uraian mengenai tata cara penafsiran kaum feminis Muslim, terlihat bahwa mereka sendiri terjebak dalam pra-pemahamanโ€™ subjektif dari konsep gender sekular-liberal yang jelas-jelas bukan merupakan produk peradaban Islam. Keadilanโ€™ menurut Islam maksudnya bukanlah sama-rata sama-rasa, namun menempatkan sesuatu sesuai koridor fitrahnya masing-masing. Allah swt. telah membagi peran untuk laki-laki dan perempuan untuk saling melengkapi. Salah satunya adalah peran perempuan sebagai rabbat al-bayt pengelola rumah tangga dan laki-laki sebagai pencari nafkah. Perbedaan peran bukanlah suatu penistaan terhadap perempuan. setiap peranan akan dipertanggungjawabkan di hari kiamat. Allah tidak mewajibkan perempuan mencari nafkah, tidak wajib shalat Jumat, dan sebagainya, bukan berarti Allah menghinakan perempuan. Allah justru menunjukkan kasih sayang kepada perempuan dengan mengurangi beberapa beban tersebut. Jika kesaksian perempuan dihargai setengah laki-laki dalam urusan kriminal, justru itu lebih meringankan perempuan. Sebab, menjadi saksi bukanlah pekerjaan yang menyenangkan, tanggung jawabnya berat. Program perlindungan saksi merupakan bukti posisi saksi yang dapat membahayakan nyawa. Pada akhirnya, walaupun dengan beban yang berbeda, baik perempuan maupun laki-laki dapat menggapai pintu surga. DAFTAR PUSTAKA Anshori, Dadang S, โ€œDari Feminis hingga Femininโ€, dalam jurnal Membincangkan Feminisme, Bandung Pustaka Hidayah, 1997 Ariwidodo, Eko, โ€œKontribusi Pekerja Perempuan Pesisir Sektor Rumput Laut di Bluto Kabupaten Sumenepโ€, dalam jurnal Nuansa, Vol. 13, No. 2, Juli-Desember 2016 Badran, Margot, โ€œFeminismโ€, dalam John L. Esposito, The Oxford Encyclopedia of Modern Islamic World, jilid 2, Oxford Oxford University Press, 1995 Bashin, Kamla dan Nighat Said Khan, Persoalan Pokok mengenai Feminisme dan Releansinya, Jakarta Gramedia, 1995 Echol, John dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta Gramedia Pustaka Utama, 1995 Fakih, Mansour, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2001 11 Husaini, Adian dan Rahmatul Husni, โ€œProblematika Tafsir Feminis Studi Kritis Konsep Kesetaraan Genderโ€, dalam jurnal Al-Tahrir, Vol. 15, No. 2, November 2015 Rachman, Budhy Munawar, โ€œPenafsiran Islam Liberal atas Isu-isu Gender dan Feminisme di Indonesiaโ€, dalam jurnal Rekonstruksi Metodologis Wacana Kesetaraan Gender dalam Islam, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2002 Wartini, Atik, โ€œTafsir Feminis Shihab Telaah Ayat-ayat Gender dalam Tafsir al-Misbahโ€, dalam jurnal Palastren, Desember 2013 Zulaiha, Eni, โ€œTafsir Feminis Sejarah, Paradigma dan Standar Validitas Tafsir Feminisโ€, dalam jurnal Al-Bayan Jurnal Studi Al-Qurโ€™an dan Tafsir, Vol. 1, No. 1, Juni 2016 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this HusainiRahmatul Husnip> Abstract Gender equality is a discourse that is still warm to be discussed by Muslim feminists. Initiators and supporters of gender equality often questioned about Islamic laws that were considered to be unfair since they had positioned men and women differently such as the obligotary for adhan call for prayer, the Friday prayers, the number of goats in aqiqah welcoming celebretion of childโ€™s birth, and the compulsory of breastfeeding and caring for the child. Through content analysis, this study tried not only to elaborate a number of products of reintepretation based on Qur'anic Hermeneutics version of the female models but also show the history of the ideology of feminism and the inappropriateness of using hermeneutical exegesis. Feminism departed from the ideology of hatred as a form of resistance against the oppression of women that occurred in Western Christian civilization in th past. Hermeneutical exegesis approach also came from an academic Christian tradition that considered Bible text not as a Godโ€™s revelation. Both conditions were diametrically opposed to the fact in the Islamic tradition. The text of the Qurโ€™an in Islam, was not a cultural product, but as a revelation of God to human being in the world. Historically, Islam never surpressed to women, but it placed women in a glorious position. Meanwhile, different roles given to men and women were aimed at getting maximum benefits to the world so that they could work together and complement each other to achieve happiness in the world and the hereafter. ุงู„ู…ู„ุฎุต ุฃุตุจุญ ู…ูˆุถูˆุน ุงู„ู…ุณุงูˆุงุฉ ุจูŠู† ุงู„ุฑุฌู„ ูˆุงู„ู…ุฑุฃุฉ ู…ูˆุถูˆุน ุญุฏูŠุซ ุญุงุฑู‘ ุจูŠู† ู†ุณุงุก ุงู„ู†ุณูˆูŠุฉ ุงู„ู…ุณู„ู…ุงุช. ู‚ุฏ ุชุชุณุงุฆู„ ู…ุคุณูู‘ุณุงุช ุงู„ู…ุฐู‡ุจ ุงู„ู†ุณูˆูŠ ูˆู…ุคูŠู‘ุฏูˆู‡ุง ุงู„ุดุฑูŠุนุฉ ุงู„ุฅุณู„ุงู…ูŠุฉ ุงู„ุชูŠ โ€“ ููŠ ู†ุธุฑู‡ู† โ€“ ู„ู… ุชูƒู† ุนุงุฏู„ุฉ ูˆุชุถุน ุงู„ุฑุฌู„ ูˆุงู„ู…ุฑุฃุฉ ููŠ ู…ุณุชูˆู‰ ูˆู…ูƒุงู† ุบูŠุฑ ู…ุชูˆุงุฒ ุŒ ู…ุซู„ ู…ุดุฑูˆุนูŠุฉ ุงู„ุฃุฐุงู† ูˆุฃุฏุงุก ุตู„ุงุฉ ุงู„ุฌู…ุนุฉ ู„ู„ุฑุฌุงู„ ูˆุนุฏุฏ ุงู„ุบู†ู… ููŠ ุงู„ุนู‚ูŠู‚ุฉ ู…ุฎุชู„ู ุจูŠู†ู‡ู…ุงุŒ ูˆุชูƒู„ูŠู ุญุถุงู†ุฉ ุงู„ุฃูˆู„ุงุฏ ูˆุฑุนุงูŠุชู‡ู… ุนู„ู‰ ุงู„ู†ุณุงุก. ุญุงูˆู„ุช ู‡ุฐู‡ ุงู„ุฏุฑุงุณุฉ โ€“ ุนู† ุทุฑูŠู‚ ุชุญู„ูŠู„ ุงู„ู…ุถู…ูˆู† ู„ูŠุณ ูู‚ุท ุฏุฑุงุณุฉ ู†ุชุงุฆุฌ ู…ู† ุฅุนุงุฏุฉ ุชูุณูŠุฑ ุงู„ู‚ุฑุขู† ุจู†ู…ุท ุงู„ู‡ุฑู…ูŠู†ูŠุทูŠู‚ุง ู„ุฏู‰ ุงู„ู†ุณุงุก ุจู„ ุนุฑุถุช ูƒุฐู„ูƒ ุชุงุฑูŠุฎ ุฅูŠุฏูŠูˆู„ูˆุฌูŠุฉ ุงู„ู†ุณูˆูŠุฉ ูˆุนุฏู… ุตุญุฉ ุงุณุชุฎุฏุงู… ุงู„ุชูุณูŠุฑ ุงู„ู‡ุฑู…ูŠู†ูŠุทู‚ูŠ ููŠ ู‡ุฐุง ุงู„ู…ุฌุงู„. ุงุนุชู…ุฏุช ุงู„ู†ุณูˆูŠุฉ ุนู„ู‰ ุฅูŠุฏูŠูˆู„ูˆุฌูŠุฉ ุงู„ูƒุฑู‡ ูˆุงู„ุญู‚ุฏ ูƒุดูƒู„ ู…ุนุงุฑุถุงุช ุนู„ู‰ ุฃู†ูˆุงุน ุงู„ุธู„ู… ุชุฌุงู‡ ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ููŠ ุงู„ู…ุฌุชู…ุน ุงู„ุบุฑุจูŠ ุงู„ู…ุณูŠุญูŠ ููŠ ุงู„ู‚ุฑูˆู† ุงู„ู…ุงุถูŠุฉ. ูˆุฃุตู„ ุงู„ุชูุณูŠุฑ ุงู„ู‡ุฑู…ูŠู†ูŠุทู‚ูŠ ูƒุฐู„ูƒ ู…ู† ุงู„ุชู‚ุงู„ูŠุฏ ุงู„ุฃูƒุงุฏูŠู…ูŠุฉ ุงู„ู…ุณูŠุญูŠุฉ ุงู„ู…ุนุชุจุฑุฉ ุฃู† ุงู„ุฅู†ุฌูŠู„ ู„ูŠุณ ูˆุญูŠุง ูŠูˆุญูŠ. ู‡ุฐุงู† ุงู„ุดูŠุฆุงู† ู…ุชู†ุงู‚ุถุงู† ุจู…ุง ููŠ ุงู„ุฅุณู„ุงู… ู…ู† ุฃู† ุงู„ู‚ุฑุขู† ู„ูŠุณ ุงู†ุชุงุฌุง ุซู‚ุงููŠุง ุจู„ ูˆุญูŠ ู…ู† ุงู„ู„ู‡. ู„ูŠุณ ููŠ ุงู„ุฅุณู„ุงู… ุงู„ุชุงุฑูŠุฎ ุนู† ุธู„ู… ุงู„ุฑุฃุฉ ุจู„ ู‡ูˆ ูˆุถุนู‡ุง ููŠ ู…ุฑุชุจุฉ ุฑููŠุนุฉ. ุฃู… ุชูุฑูŠู‚ ุงู„ุฏูˆุฑ ุจูŠู†ู‡ู…ุง ู„ูŠุณ ุฅู„ุง ู„ูŠูƒูˆู† ูƒู„ ู…ู†ู‡ู…ุง ู†ุงูุนุง ููŠ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุฏู†ูŠุง ูˆูŠุชุนุงูˆู†ุงู† ูˆูŠุชูƒุงู…ู„ุงู† ู„ู„ุญุตูˆู„ ุนู„ู‰ ุงู„ุณุนุงุฏุชูŠู† ููŠ ุงู„ุฏู†ูŠุง ูˆุงู„ุขุฎุฑุฉ. Abstrak Kesetaraan gender merupakan diskursus yang tetap hangat diperbincangkan para feminis muslim. Penggagas dan pendukung kesetaraan gender tidak jarang mempersoalkan hukum Islam yang dianggap kurang adil dan memposisikan laki-laki dan perempuan secara berbeda seperti pembebanan adzan, shalat Jumโ€™at, jumlah kambing saat aqi > qah di satu sisi, dan pembebanan menyusui dan merawat anak di sisi yang lain. Melalui content analysis kajian ini mencoba tidak saja untuk mengelaborasi sejumlah produk reintepretasi al-Qurโ€™an model Hermeneutika versi kaum perempuan tetapi juga menunjukkan sejarah ideologi feminisme serta ketidaktepatan penggunaan tafsir hermeneutika. Feminisme berangkat dari ideologi kebencian sebagai bentuk perlawanan terhadap penindasan perempuan yang terjadi dalam peradaban Barat-Kristen di masa lalu. Metode tafsir Hermeneutika juga berasal dari tradisi akademis Kristen yang menganggap teks Bible bukan sebagai wahyu. Kedua kondisi ini berseberangan secara diametral dengan fakta dalam tradisi Islam. Teks al-Qurโ€™an, dalam Islam, bukanlah produk budaya, melainkan wahyu. Islam tidak memiliki sejarah penindasan terhadap kaum perempuan, bahkan memposisikan perempuan dalam posisi yang mulia. Perbedaan peran yang diberikan kepada laki-laki dan perempuan ditujukan agar keduanya dapat bermanfaat secara maksimal di dunia, untuk saling bekerja sama dan melengkapi demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Keywords kesetaraan, gender, perempuan, feminisme, tafsir, hermeneutik.
PerjanjianBaru dalam bahasa Yunani Koine: แผฉ ฮšฮฑฮนฮฝ ฮ”ฮนฮฑฮธฮฎฮบฮท, [1] Hฤ“ Kainแธ• Diathแธ—kฤ“), atau biasa disingkat PB, merupakan bagian utama kedua kanon Alkitab Kristen, yang bagian pertamanya adalah Perjanjian Lama (PL) yang utamanya didasarkan pada Alkitab Ibrani. [9] Perjanjian Baru ber bahasa Yunani ini membahas ajaran-ajaran dan pribadi Yesus, serta berbagai peristiwa dalam
Masalah gender bukan masalah baru. Masalah perdebatan gender dari para ahli dari waktu ke waktu mewarnai kehidupan manusia menentukan mana yang manusia ciptaan Allah dan mana yang tidak, bukan hanya terdapat antara seluruh makhluk ciptaan Allah tetapi terbawa sampai kepada pribadi manusia baik laki-laki maupun perempuan. Namun Alkitablah yang akan menjadi kunci jawaban bagi setiap pendapat manusia. Sehingga tidak lagi seorang pun mencari jalan untuk menentukan kebenarannya sendiri-sendiri. Sebab Alkitab dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru akan menyatakan kebenaran bahwa baik Laki-laki maupun perempuan adalah setara di hadapan Tuhan sebagai pencipta. Pada pembahasan ini penulis akan melakukan kajian mengenal kesetaraan Gender dalam perspektif Alkitab Pada bab terdahulu penulis telah memaparkan mengenai komunitas masyarakat Arfak secara global yang di dalamnya tercakup mengenai wanita. Adapun tujuan pembahasan dalam bab ini ialah untuk menemukan sebuah landasan biblikal yang merupakan kebenaran hakiki mengenai kesetaraan gender. Namun sebelum melakukan pembahasan secara alkitabiah, penulis akan melakukan kajian singkat berkenaan dengan isu gender yang terus berkembang dewasa ini. Di samping memberikan informasi, pemahaman ini juga guna membandingkan kebenaran yang ada dalam Alkitab. Tentu sebagai orang percaya haruslah mengakui legitimasi Alkitab sebagai otoritas kebenaran tertinggi. Apapun kebenaran yang diajarkan oleh Alkitab haruslah dilakukan secara mutlak sekalipun tembok-tembok budaya sangat menghalangi. Namun perlu dilakukan langkah-langkah dan strategi yang bijak agar tidak melahirkan konfrontasi negatif yang berakhir pada penolakan. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the SetiantoThe issue of Gender does not yet have a common ground. Women are always considered weak and helpless human beings. However, in some ethnic groups in Indonesia, the opposite is true. Men are deemed to have no value to women. This study aims to examine the concept of gender equality from a biblical perspective. As the primary source of teaching authority, the Bible provides a solid picture of gender equality. The research method used is exploratory qualitative. The results of the study state that the Bible consistently discusses the principle of gender equality. Because gender equality is essential, many activists voice this principle in the struggle for human rights. Therefore, viewing humans as the noblest created beings is the basis for this struggle for gender equality. Thus, opportunities and responsibilities in all aspects of life own by all humans and created by Martin SimanjuntakNiken Dewi PMarianus PattoraSetya Hadi NugrohoDalihan Na Tolu is a culture and philosophy of life of the Batak people. It is not only the kinship relationship contained in it but also as a driving force for the life order of the believers. In the Dalihan Na Tolu philosophy there is a relationship that needs to be evaluated in relation to social equality, namely the relationship between Hulahula and Boru. The perspective of Christian faith will complement the philosophy of Dalihan Na Tolu if it is built in the love and sacrifice of Christ, which is ultimately driven by love in the Dalihan Na Tolu philosophy. This study uses a qualitative literature approach, which uses descriptive methods, and analysis-argumentative. descriptive, analysis-interpretative, and argumentation-comparative. With the constructive comparative aid method, this study uses various literature sources, such as books, journal articles, and dissemination on web pages to gain new insights from the text being studied. The conclusion that can be drawn is that the theology of social equality in the perspective of Christian faith should complement the philosophy of Dalihan Na Tolu which centers on the love and sacrifice of Christ. The relationship between hulahula and boru is no longer seen as an order of law which implies a curse but rather as a local wisdom that enriches mission values to introduce the love of Christ through the Dalihan Na Tolu philosophy. Nunuk RinuktiA woman is more often become second-class citizens in terms of leadership. Although age has become the time of emancipation, however, in some sectors of life, a women have not got the right place and in accordance with nature. This also happens in church life. Many of the rules and procedures that the church does not provide flexibility for women to lead. There are many reasons, such as reasons for prohibiting the biblical text, up to a certain cultural reasons, including certain church culture that has not provided the opportunity for women to lead. Therefore, in this Tulsan authors highlight the role of women in the New Testament for the development of women's leadership in the church. Abstrak Perempuan atau wanita lebih sering menjadi warga kelas dua dalam hal kepemimpinan. Walaupun zaman ini telah menjadi zaman emansipasi, namun demikian di beberapa sector kehidupan, perempuan atau wanita belum mendapat tempat yang pas dan sesuai dengan kodratnya. Hal ini juga terjadi di dalam kehidupan bergereja. Banyak peraturan dan tata gereja yang tidak memberikan keleluasan bagi perempuan untuk memimpin. Ada banyak alas an, seperti alas an teks Alkitab yang melarang, sampai alas an budaya tertentu, termasuk budaya gereja tertentu yang belum memberikan kesempatan kepada perempuan untuk memimpin. Oleh karena itu, dalam Tulsan ini penulis menyoroti peranan perempuan dalam Perjanjian Baru demi perkembangan kepemimpinan perempuan di dalam Epistles to the GatiansJames D G DunnDunn, James D. G. The Epistles to the Gatians. London Hendrickson Publishers, IPV New Testament Commentary SeriesG Walter GatianHansenGatian, G. Walter Hansen. The IPV New Testament Commentary Series. Disunting oleh Grant R. Osborne. Downer Grove, IL Intervarsity Press, VIP Application CommentaryM GataiansKnightGataians, M. Knight. The VIP Application Commentary. Grand Rapids Zondervan Publishing House, New Psychology of Women; GenderHilary M LipsLips, Hilary M. A New Psychology of Women; Gender, Culture, and Ethnicity 2003.MckayMcKay, a History of Western Society, Journal Islamia Republika 9 April 2009. Daripembahasan dapat disimpulkan bahwa esensi dari perspektif gender adalah ide tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Ide kesetaraan itu, sekalipun tidak denganterminologi gender sudah menjadi pertimbangan para ulama dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an. Buku Persembahan Penerbit PrenadaMedia. Pelajaran Hayat Yohanes DOWNLOAD
Bersama TPB Disusun oleh JESSICA STEPHANIE MS 140410170066 PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2018 II KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan kasih karunia-Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang tak henti-hentinya penyusun terima, serta petunjuk-Nya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan serta pengertian bagi penyususn dalam penyusunan makalah yang berjudul "Pandangan Alkitab Tentang Kesetaraan Bagi Penyandang Disabilitas" Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tahapan Persiapan Bersama Dalam makalah ini akan mengulas tentang penyandang disabilitas dan pandangan alkitab terhadap penyandang disabilitas yang mengangkat topik dari Sustainable Development Goals , tujuan nomor 10 yaitu Reduced Inequalities. Atas bantuan, dorongan serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moral maupun material, maka segala...
G1Gys.
  • 53isiw8l6f.pages.dev/117
  • 53isiw8l6f.pages.dev/40
  • 53isiw8l6f.pages.dev/398
  • 53isiw8l6f.pages.dev/253
  • 53isiw8l6f.pages.dev/125
  • 53isiw8l6f.pages.dev/225
  • 53isiw8l6f.pages.dev/48
  • 53isiw8l6f.pages.dev/367
  • 53isiw8l6f.pages.dev/347
  • ayat alkitab tentang kesetaraan gender